Rabu, 07 April 2010

TUHAN, ALLAHKU, MENYINARI KEGELAPANKU

Mazmur 18 : 21 - 30

18:21 TUHAN memperlakukan aku sesuai dengan kebenaranku, Ia membalas kepadaku sesuai dengan kesucian tanganku,
18:22 sebab aku tetap mengikuti jalan TUHAN dan tidak berlaku fasik terhadap Allahku.
18:23 Sebab segala hukum-Nya kuperhatikan, dan ketetapan-Nya tidaklah kujauhkan dari padaku;
18:24 aku berlaku tidak bercela di hadapan-Nya, dan menjaga diri terhadap kesalahan.
18:25 Karena itu TUHAN membalas kepadaku sesuai dengan kebenaranku, sesuai dengan kesucian tanganku di depan mata-Nya.
18:26 Terhadap orang yang setia Engkau berlaku setia, terhadap orang yang tidak bercela Engkau berlaku tidak bercela,
18:27 terhadap orang yang suci Engkau berlaku suci, tetapi terhadap orang yang bengkok Engkau berlaku belat-belit.
18:28 Karena Engkaulah yang menyelamatkan bangsa yang tertindas, tetapi orang yang memandang dengan congkak Kaurendahkan.
18:29 Karena Engkaulah yang membuat pelitaku bercahaya; TUHAN, Allahku, menyinari kegelapanku.
18:30 Karena dengan Engkau aku berani menghadapi gerombolan, dan dengan Allahku aku berani melompati tembok.
( bandingkan , II Samuel 22:21 – 29 )

22:21 TUHAN memperlakukan aku sesuai dengan kebenaranku; Ia membalas kepadaku sesuai dengan kesucian tanganku,
22:22 sebab aku tetap mengikuti jalan TUHAN dan tidak menjauhkan diri dari Allahku sebagai orang fasik.
22:23 Sebab segala hukum-Nya kuperhatikan, dan dari ketetapan-Nya aku tidak menyimpang;
22:24 aku berlaku tidak bercela kepada-Nya dan menjaga diri terhadap kesalahan.
22:25 Karena itu TUHAN membalas kepadaku sesuai dengan kebenaranku, sesuai dengan kesucianku di depan mata-Nya.
22:26 Terhadap orang yang setia Engkau berlaku setia, terhadap orang yang tidak bercela Engkau berlaku tidak bercela,
22:27 terhadap orang yang suci Engkau berlaku suci, tetapi terhadap orang yang bengkok Engkau berlaku belat-belit.
22:28 Bangsa yang tertindas Engkau selamatkan, tetapi mata-Mu melawan orang-orang yang tinggi hati, supaya mereka Kaurendahkan.
22:29 Karena Engkaulah pelitaku, ya TUHAN, dan TUHAN menyinari kegelapanku.

Saudara – saudara yang di berkati Tuhan Yesus Kristus,
Ketika seseorang semakin dekat pada Tuhan tak jarang semakin banyak permasalahan yang harus dihadapi, bahkan bertubi – tubi persoalan semakin menghantam kehidupaannya.
Tapi saudara – saudara yang dikasihi Tuhan Yesus, justru hal ini menjadi tanda apa yang kita lakukan benar benar berkenan dihadapan Tuhan.
Tuhan selalu memuji dihadapan malaikat – malikatNya, orang-orang kudusNya bahkan dihadapan Iblis.
Dan memberkati orang yang berkenan dihadapanNya.
Dan hal ini membuat geram Iblis, disinilah persoalannya dimulai.
Iblis selalu mendakwa kita dihadapan Tuhan ketika Iman dan segala perbuatan kita berkenan dihadapan Tuhan.
Peristiwa ini telah dinubuatkan allah melalui kisah Ayub sebagai contoh orang yang berkenan dihadapan Tuhan.
Perhatikan kisah Ayub 1 : 1 – 12
Dalam kisah Ayub 1 : 1 – 12 di ceritakan betapa Allah sangat membanggakan keadaan Ayub.
Dan Iblis selalu memantau dan mencari data – data orang – orang kudus yang dipuji Tuhan, disaat yang sama Iblis mendakwa orang – orang kudus tersebut dengan menyalahkan perhatian Tuhan pada mereka.
Artinya Iblis mengerti benar, bahwa penyertaan Tuhan pada manusia, membuat manusia berkenan dihadapanNya.
Hal yang paling fatal adalah apabila manusia itu tidak lagi diberkati Tuhan, maka iman mereka pasti goyah hal ini disadari betul oleh Iblis.
Segera Iblis mendakwa manusia dengan mengatakan penyertaan Tuhanlah penyebabnya, sehingga Tuhan mengijinkan Iblis berbuat sesuatu terhadap manusia.

Ayub 1:12 Maka firman TUHAN kepada Iblis: "Nah, segala yang dipunyainya ada dalam kuasamu; hanya janganlah engkau mengulurkan tanganmu terhadap dirinya." Kemudian pergilah Iblis dari hadapan TUHAN

Begitu juga bila kita lihat pada :

Zakharia 3
3:1 Kemudian ia memperlihatkan kepadaku imam besar Yosua berdiri di hadapan Malaikat TUHAN sedang Iblis berdiri di sebelah kanannya untuk mendakwa dia.

Terjadilah segala malapetaka menimpa Ayub oleh karena perbuatan Iblis. Sekali lagi oleh karena Iblis.
Tuhan mengujinkan semua itu terjadi bukan karena kesalahan kita, tetapi Allah bapa hendak menunjukkan kepada Iblis bahwa manusia berbeda dengan Iblis.
Karena roh manusia berasal dari Roh Allah sendiri, lihat peristiwa penciptaan manusia.
Ada perbedaan proses penciptaan manusia dengan ciptaan-ciptaan Tuhan lainnya.
Ada ikatan yang begitu dekat antara manusia dengan Allah dibanding ciptaan Allah yang lainnya

Jemaat Kristus yang berbahagia, saya hendak mengajak saudara untuk mengerti, bagaimana caranya agar ikatan istimewa antara kita dengan Allah tetap terjaga????

1. Tidak menjadi orang Fasik

Orang Fasik adalah orang yang tidak mengikuti jalan TUHAN dan tmenjauhkan diri dari Allah, tidak mentaati hukum dan ketetapan Tuhan meskipun mengetahui segala hukum dan ketetapan Tuhan.

2. Tidak hidup bercela

Dengan selalu menjaga citra Allah ada pada dirinya, yaitu tidak melakukan hal – hal yang menyebabkan citra diri sebagai Anak Allah ternoda, haruslah kita selalu bertindak didalam kebenaran Allah
Contoh :
Berkata – kata kotor, menipu dan melukai hati orang lain.
Hidup tak bercela adalah perintah Tuhan kepada kita.

Ulangan 18
18:13 Haruslah engkau hidup dengan tidak bercela di hadapan TUHAN, Allahmu.

3. Tetap setia

Kesetiaan selalu dihubungkan dengan kehidupan rumah tangga, dan tidak seorangpun mau atau secara ikhlas dirinya diduakan, meskipun itu legal secara hukum, dan menjadi hak azazi manusia.
Tetap saja tindakan menduakan tidak bisa diterima oleh hati nurani.
Demikian juga Tuhan, Allah tidak menyukai bila kita memiliki dua atau bahkan lebih sesembahan, karena Allah adalah Allah pecemburu.

Keluaran 20
20:5 Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku,

4. Tetap menjaga kesucian

Menjaga kesucian, adalah menghindarkan jasmani dan rohani kita dari hal – hal yang menajiskan dari hal – hal yang asusila dan keserakahan.

Amsal 22
22:11 Orang yang mencintai kesucian hati dan yang manis bicaranya menjadi sahabat raja.

5. Tidak tinggi hati

Tinggi hati mendahului kehancuran, tetapi kerendahan hati mendahului kehormatan.
Karenanya Tuhan selalu meninggikan orang yang rendah hati dan merendahkan orang yang tinggi hati

Mari saudara – saudra yang di kasihi Tuhan Yesus Kristus, kita selalu menjaga dan menghindari hal – hal yang menyebabkan Tuhan berlalu dari kehidupan kita, biarlah sepanjang hidup kita :

TUHAN, ALLAH , MENYINARI KEGELAPAN KITA

Amin!!!!

Senin, 08 Maret 2010

MELAYANI TANPA MENCEDERAI

MELAYANI TANPA MENCEDERAI
Keluaran 2 : 11 - 22


2:11 Pada waktu itu, ketika Musa telah dewasa, ia keluar mendapatkan saudara-saudaranya untuk melihat kerja paksa mereka; lalu dilihatnyalah seorang Mesir memukul seorang Ibrani, seorang dari saudara-saudaranya itu.
2:12 Ia menoleh ke sana sini dan ketika dilihatnya tidak ada orang, dibunuhnya orang Mesir itu, dan disembunyikannya mayatnya dalam pasir.
2:13 Ketika keesokan harinya ia keluar lagi, didapatinya dua orang Ibrani tengah berkelahi. Ia bertanya kepada yang bersalah itu: "Mengapa engkau pukul temanmu?"
2:14 Tetapi jawabnya: "Siapakah yang mengangkat engkau menjadi pemimpin dan hakim atas kami? Apakah engkau bermaksud membunuh aku, sama seperti engkau telah membunuh orang Mesir itu?" Musa menjadi takut, sebab pikirnya: "Tentulah perkara itu telah ketahuan."
2:15 Ketika Firaun mendengar tentang perkara itu, dicarinya ikhtiar untuk membunuh Musa. Tetapi Musa melarikan diri dari hadapan Firaun dan tiba di tanah Midian, lalu ia duduk-duduk di tepi sebuah sumur.
2:16 Adapun imam di Midian itu mempunyai tujuh anak perempuan. Mereka datang menimba air dan mengisi palungan-palungan untuk memberi minum kambing domba ayahnya.
2:17 Maka datanglah gembala-gembala yang mengusir mereka, lalu Musa bangkit menolong mereka dan memberi minum kambing domba mereka.
2:18 Ketika mereka sampai kepada Rehuel, ayah mereka, berkatalah ia: "Mengapa selekas itu kamu pulang hari ini?"
2:19 Jawab mereka: "Seorang Mesir menolong kami terhadap gembala-gembala, bahkan ia menimba air banyak-banyak untuk kami dan memberi minum kambing domba."
2:20 Ia berkata kepada anak-anaknya: "Di manakah ia? Mengapakah kamu tinggalkan orang itu? Panggillah dia makan."
2:21 Musa bersedia tinggal di rumah itu, lalu diberikan Rehuellah Zipora, anaknya, kepada Musa.
2:22 Perempuan itu melahirkan seorang anak laki-laki, maka Musa menamainya Gersom, sebab katanya: "Aku telah menjadi seorang pendatang di negeri asing."

Shalom,
Jemaat Yesus Kristus yang berbahagia, didalam kehidupan kekristenan tidak bisa terlepas dari konsep pelayanan.Dan hal ini menjadi istimewa karena sangat menyolok perbedaannya dari kehidupan beragama yang lainnya.
Kekristenan bukanlah suatu teori, Kekristenan adalah hubungan secara pribadi manusia dengan Tuhannya.
Doa dan pelayanan merupakan aplikasi langsung dari hubungan manusia secara pribadi dengan Tuhannya.
Ini mengandung arti ibadah kekristenan bukanlah ibadah fisik, begitu pula jihad atau perjuangan di jalan Tuhan bukanlah perjuangan melawan fisik.
Tuhan telah mengajarkan tentang hal ini, mari kita lihat pada

Yohanes 4
4:24 Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran."

Nats ini hendak mengingatkan kita tentang bagaimana cara kita beribadah, kita harus menyembah Allah Bapa dengan roh...maksudnya adalah, bukan dengan keinginan daging tapi keinginan rohlah kita menyembah Allah, karena roh tidak memiliki pamrih tapi daging penuh dengan hawa nafsu.

Sedang dalam pelayanan Tuhan juga mengingatkan dalam :

I Petrus 3
3:19 dan di dalam Roh itu juga Ia pergi memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam penjara,

Dari ayat ini Tuhan Yesus kembali menunjukkan cara bagaimana cara kita masuk dalam pelayanan.
DALAM ROH ITU JUGA, artinya tanpa pamrih. Seorang pelayan Tuhan haruslah tanpa pamrih dalam melayani Tuhan.
Dan masih banyak lagi Firman Allah yang meminta kita untuk bertindak dalam Roh., Khususnya didalam pelayanan.
Untuk itulah pagi hari ini kotbah saya mengambil judul :

” MELAYANI TANPA MENCEDERAI ”


Melayani tanpa mencederai atau melayani tanpa berbuat dosa.
Kareana terlalu banyak kita melihat, merasakan akhir-akhir ini didalam peribadatan dan pelayanan sering kali banyak menyakiti bahkan mencederai perasaan orang lain.
Pada awalnya ketika kita beribadah dan melayani adalah berkeinginan menghadirkan damai sejahtera Allah bagi manusia. Tapi malah justru sebaliknya satu sama lain menghadirkan pertikaian dan perselisihan yang entah kapan ujungnya.

Nah kita kembali ke Judul.
Lantas apa maksud Allah dengan melayani tanpa mencederai ?????

Untuk memperoleh jawabannya, marilah kita kembali pada Firman Allah yang kita baca hari ini :
Kalau kita perhatikan kembali dari ayat 11 s/d 17 kita akan mendapatkan tiga peristiwa menyangkut awal pelayanan Musa.

1. Dosa dalam pelayanan

2:11 Pada waktu itu, ketika Musa telah dewasa, ia keluar mendapatkan saudara-saudaranya untuk melihat kerja paksa mereka; lalu dilihatnyalah seorang Mesir memukul seorang Ibrani, seorang dari saudara-saudaranya itu.
2:12 Ia menoleh ke sana sini dan ketika dilihatnya tidak ada orang, dibunuhnya orang Mesir itu, dan disembunyikannya mayatnya dalam pasir.

Pada peristiwa ini Musa mengawali pelayanan dengan berbuat dosa, yaitu membunuh dan menyembunyikan mayatnya di dalam pasir. Dan akibatnya pelayanan Musa di bangsanya sendiripun tidak diterima, terjadi penolakan akibat dosa. Atau dengan kata lain pelayanan tidak mendapat respek yang positive.
Kita pun jadi tidak bebas dalam pelayanan. Inilah yang disebut hidup dalam kuasa dosa.
Kalau sudah begini dibutuhkan pelepasan...pertobatan dengan mengakui segala dosa kita dihadapan Tuhan dan manusia.
Mari kita lihat pada ayat berikutnya :

2. Penolakan Pelayanan karena dosa

2:13 Ketika keesokan harinya ia keluar lagi, didapatinya dua orang Ibrani tengah berkelahi. Ia bertanya kepada yang bersalah itu: "Mengapa engkau pukul temanmu?"
2:14 Tetapi jawabnya: "Siapakah yang mengangkat engkau menjadi pemimpin dan hakim atas kami? Apakah engkau bermaksud membunuh aku, sama seperti engkau telah membunuh orang Mesir itu?" Musa menjadi takut, sebab pikirnya: "Tentulah perkara itu telah ketahuan."

3. Pelayanan dengan Roh

2:16 Adapun imam di Midian itu mempunyai tujuh anak perempuan. Mereka datang menimba air dan mengisi palungan-palungan untuk memberi minum kambing domba ayahnya.
2:17 Maka datanglah gembala-gembala yang mengusir mereka, lalu Musa bangkit menolong mereka dan memberi minum kambing domba mereka

Bilagan 6 : 24 - 26
6:24 TUHAN memberkati engkau dan melindungi engkau;
6:25 TUHAN menyinari engkau dengan wajah-Nya dan memberi engkau kasih karunia;
6:26 TUHAN menghadapkan wajah-Nya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera.
6:27 Demikianlah harus mereka meletakkan nama-Ku atas orang Israel, maka Aku akan memberkati mereka."

Selasa, 23 Februari 2010

CALVIN DAN DEMOKRASI

CALVIN DAN DEMOKRASI
Sebuah Refleksi Pdt. S.Th. Kaihatu. M.Th. Pengantar Kita tidak mempunyai dokumen tulisan Calvin tentang Demokrasi secara khusus. Karena itu yang bisa kita lacak adalah singgungan singgungan kecil dalam rangka pembicaraannya tentang hubungan Gereja dan Negara. Akan tetapi adalah kenyataan bahwa ada sejumlah negeri dimana ajaran Calvin didalami, yang menjadi negeri negeri demokratis. Dalam kesadaran bahwa konsep pemikiran politis berakar dalam filsafat yang selalu bersinggungan dengan etika dan karenanya dengan agama, maka menarik bagi kita untuk membicarakan Calvin dan Demokrasi. Konsekwensinya adalah bahwa pembicaraan ini akan lebih bersifat refleksi. Tetapi justru karena pembicaraan ini lebih banyak bersifat refleksi, maka kita bisa berharap akan kegunaannya, karena refleksi selalu bersifat pantulan ke depan. Konteks Batin Reformasi Mereka yang mengamati sejarah reformasi akan tiba pada kesimpulan bahwa reformasi adalah keharusan sejarah pasti akan terjadi. Kalau tidak oleh Luther dan kawan kawannya, maka itu akan dilakukan oleh orang lain. Sebab suasana batin yang ada di Eropah waktu itu mau tidak mau memerlukan sebuah khatarsis sebelum menjadi berdarah darah kemudian. Secara singkat bisa dikatakan bahwa Eropah sebelum reformasi merupakan ajang perebutan kekuasaan antara para Paus dan para Raja. Raja dikucilkan Paus dan Paus dilengserkan raja. Karena saling mengklaim legitimasi maka Gereja menjadi semacam negara dalam negara dengan berbasiskan hukum ilahi, sementara negara tetap memandang warga Gereja sebagai warga negara yang karenanya harus taat pada hukum sipil. Namun pertarungan ini tidak terjadi secara serta merta. Pertarungan ini terjadi akibat perkembangan perkembangan pemikiran, entah itu pemikiran teologi Gereja, maupun pemikiran filosofis dalam masyarakat sendiri. Konsep kodrati dan adhi-kodrati ternyata tidak menyelesaikan masalah. Hal pertama yang sangat mempengaruhi suasana batin masa itu adalah apa yang biasanya kita kenal sebagai ‘renaissanse’ ( kelahiran kembali). Ini adalah suatu gerakan yang meliputi suatu zaman dimana orang merasa dilahirkan kembali kedalam keadaban. Didalam kelahiran kembali ini orang kembali kepada sumber sumber yang murni bagi pengetahuan dan keindahan utamanya Filsafat Yunani. Tekanan diberikan kepada otonomi manusia dalam berpikir dalam mengadakan eksplorasi, eksperimen dalam mengembangkan seni, sastra dan pengetahuan di Eropah. Ini bertentangan dengan tradisi skholastik dan otoritas religious Katholik Roma khususnya. Kebangkitan Platonisme bergaung dan keterbukaan terhadap ilmu ilmu yang baru mulai terbentuk. Dalam lapisan agama, periode ini ditandai oleh ketidak-puasan dengan kemapanan dengan kepausan sebagai fokusnya. Hal yang kedua -sebetulnya merupakan anak dari yang pertama tapi disebutkan secara khusus- adalah ‘humanisme’. (humanum - ke-manusia-an). Humanisme mempunyai tiga ciri pokok. Pertama menganggap individu rasional sebagai nilai paling tinggi. Kedua, menganggap individu sebagai sumber nilai terakhir. Ketiga, mengabdi pada pemupukan perkembangan kreatifitas dan perkembangan moral individu secara rasional, tanpa acuan kepada konsep konsep yang adhi-kodrati. Situasi batin inilah yang melahirkan konsep konsep pemikiran politis yang pada intinya entah meneguhkan, entah melawan supremasi papalisme, antara lain pikiran tentang demokrasi. Demokrasi Demokrasi (pemerintahan oleh rakyat) - berawal dalam pemikiran Yunani- berarti bentuk politik dimana rakyat sendiri memiliki dan menjalankan seluruh kekuasaan politik. Ini sebagai reaksi terhadap pemerintahan oleh satu orang (monarkhi) atau kelompok yang memiliki hak hak istimewa (aristokrasi). Pemerintahan oleh rakyat ini dapat dilakukan secara langsung, tetapi dapat juga melalui wakil wakil rakyat yang langsung dipilih oleh rakyat. Yang terakhir ini dikenal sebagai demokrasi perwakilan. Demokrasi mengandaikan kesamaan hak dan kewajiban tanpa diskriminasi oleh apapun, sebab manusia - sebagai manusia- memiliki kesamaan dan kesetaraan. Dalam pemikiran modern, sebuah demokrasi yang hidup mengandaikan kematangan politik, penilaian yang baik dan kesiapan pada pihak warga negara untuk menempatkan kepentingan kepentingan pribadinya dibawah, sementara tuntutan tuntutan kesejahteraan umum diatasnya. Keputusan keputusan demokratis yang adil haruslah diakui sebagai yang mengingikat seluruh warga, karena otoritas yang legitim yang dimiliki rakyat -karena rakyat adalah manusia- dijalankan dengan sungguh sungguh. Memang harus diakui bahwa keputusan yang demokratispun tidak menjamin keadilan. Tapi paling tidak disini mayoritas yang berkuasa, tetapi hak hak minoritas sama sekali tidak diabaikan. Kekurangan pada sistim demokrasi -sama seperti kekurangan pada sistim monarki dan aristokrasi- disadari oleh Calvin yang jejaknya kita temukan dalam pandangannya menyangkut hubungan Gereja dan negara. Calvin Dalam uraiannya mengenai pemerintahan negara Calvin pasti dipengaruhi oleh suasana zamannya khususnya pemerintahan kota Jenewa. Dalam uraiannya tentang pemerintahan negara Calvin melihat bahaya monarkhi yang gampang jatuh kedalam kelaliman dan demokrasi yang gampang jatuh kedalam kekacauan. Karena itu Calvin memilih model ‘aristokrasi’, yaitu sebuah pemerintahan yang dilakukan oleh ‘orang orang yang terbaik’. Tetapi pasti yang dimaksudkan bukanlah para bangsawan. Untuk mengerti aristokrasi yang dipikirkan Calvin baiklah kita ingat bahwa Calvin berada dalam sebuah masyarakat yang berbentuk ‘corpus Christianum’. Tidak ada tantangan agama lain. Yang ada ialah kepelbagaian pikiran filosofis dan teologis dalam corpus chistianum itu. Bagi Calvin ada dua jenis pemerintahan, yakni pemerintahan rohani dan pemerintahan sipil. Kedua duanya berasal dari Allah. Pemerintahan rohani diselenggarakan oleh Gereja, membina manusia agar memperoleh keselamatan kekal, dilakukan dengan kuasa rohani. Pekerjaan Gereja ini menyangkut kesejahteraan jiwa manusia, keyakinan iman dan ungkapannya dalam perbuatan kasih. Pemerintahan sipil diselenggarakan oleh negara membina manusia dalam hal hal lahiriah untuk kelangsungan hidup secara fisik . Negara memerintah dengan kekuasaan dan paksaan, bahkan kalau perlu dengan kekuatan pedang. Tetapi baik aparat pemerintahan rohani maupun aparat pemerintahan sipil mestilah orang orang yang takut akan Allah. Dan kepatuhan terhadap firman Allah lah yang mestinya menjadi ukuran rakyat dalam pemilihan para ‘aristokrat’ yang memegang pemerintahan. Jadi, rakyat yang takut akan Tuhan, memilih orang orang yang takut akan Tuhan untuk menjadi pemerintah dalam suatu masyarakat yang takut akan Tuhan. Dari sisi inilah kita bisa mengerti sistim presbiterial – sinodal. Para presbiter adalah orang orang yang dipilih oleh umat. Dan dengan ini mau ditekankan proses yang mulai dari bawah, dari rakyat, dari umat. Mereka ini berada dalam sebuah ikatan sinodal. Tetapi aspek ‘dari bawah’ inilah yang menentukan. Sebab para presbiter harus melihat dirinya sebagai orang orang yang dipilih dalam kwalifikasi tertentu, dan pemilihan itu langsung dilakukan oleh umat. Tentu pada zaman Calvin ada tarik menarik mengenai peran negara -dalam hal ini dewan kota Jenewa- untuk penentuan itu. Tapi aspek ‘langsung’ dan ‘dari bawah’ inilah yang -entah sengaja atau tidak- bagi kita merupakan salah satu ciri kental dari apa yang sekarang kita sebutkan sebagai demokrasi. Calvin dan Kita Pikiran pikiran Calvin bisa kita katakan sebagai suatu dorongan bagi proses demokratisasi di dunia barat. Memang pikiran pikiran filosofis kental didalamnya. Akan tetapi tanpa pikiran teologis yang meletakkan semua manusia sebagai yang sama dihadapan Allah, sama berdosa dan sama membutuhkan pengampunan dosa, dan sama sama harus taat mutlak terhadap Firman, menjadi ‘pushing power’ yang membuat pikiran filosofis mendapatkan kekuatan teologis. Sama seperti gabungan Filsafat Yunani dan Yudeo-Christianity membuka jalan bagi perkembangan ilmu Pengetahuan karena menghapus mitos mitos pada alam, maka pikiran teologis tentang ‘presbiterial’ menggandeng pikiran pikiran renaissance -utamanya humanisme- melapangkan jalan bagi proses demokratisasi. Bahkan monarkhi dan aristokrasi modern menjadi konstitusional dalam mana pilhan rakyat sebagai hak dasar jadi mengemuka. Tidak heran kalau sistim pemerintahan Eropah -dan kemudian Amerika- diisi oleh semangat demokrasi, apapun model pemerintahannya. Pikiran demokratis yang dibawa ke Indonesia -lewat pernik pernik peristiwa yang rumit- pertama sekali masuk dalam suatu masyarakat dengan sistim aristokrasi feodal, baik itu berupa Kerajaan Kerajaan Hindu, maupun Kerajaan Kerajaan Islam. Dalam sistim aristokrasi feodal ini, konsep cuius regio eius religio ( ini daerahku ini agamaku ) jadi seperti kantong yang bocor dengan kehadiran pikiran ‘barat’, apakah itu melalui perdagangan, apakah itu melalui kolonisasi. Kesetaraan manusia -karena dia manusia- tanpa diskriminasi yang menjadi elemen utama demokrasi mestinya di dinamisir oleh theologi tentang kesetaraan manusia dihadapan Allah mestinya menjadi perhatian dan kontribusi strategis Gereja bagi perkembangan demokrasi di Indonesia. Dengan demikian reformasi tidak menghasilkan sebuah euphoria yang hanya berakhir dengan klaim mayoritas atas nama agama, suku atau semacamnya. Kalau Calvin masih hidup, mungkin kepada Gereja dia akan menitipkan pesan Paulus : Bersiap-siaplah untuk mempertanggung jawabkan iman, baik atau tidak baik waktunya. Soli Deo Gloria.- Sumber Sumber : Beaty.M and Farley. Benyamin.W. Calvin’s Ecclesiastical Advice. Edinburg. T&T Clark 1991 Calvin : Institutes of the Christian Religion (Ed. Mc Neill Joh.T) Westminster Press Philadelphia. Kerr. Hugh. T. : A Compend of the Institutes of the Christian Religion by John Calvin, Westminster Press Philadelphia Bagus Laurens : Kamus Filsafat. Jakarta Gramedia 1996 De Jonge Christian : Apa itu Calvinisme?. Jakarta BPK 1998 Kuyper Abraham : Ceramah Ceramah Mengenai Calvinisme (terj) Jakarta, Momentum 2005.