Rabu, 30 Maret 2011

JANGAN GADAIKAN IMANMU.....Rut 1 : 1- 10


1:1 Pada zaman para hakim memerintah ada kelaparan di tanah Israel. Lalu pergilah seorang dari Betlehem-Yehuda beserta isterinya dan kedua anaknya laki-laki ke daerah Moab untuk menetap di sana sebagai orang asing.
1:2 Nama orang itu ialah Elimelekh, nama isterinya Naomi dan nama kedua anaknya Mahlon dan Kilyon, semuanya orang-orang Efrata dari Betlehem-Yehuda; dan setelah sampai ke daerah Moab, diamlah mereka di sana.
1:3 Kemudian matilah Elimelekh, suami Naomi, sehingga perempuan itu tertinggal dengan kedua anaknya.
1:4 Keduanya mengambil perempuan Moab: yang pertama bernama Orpa, yang kedua bernama Rut; dan mereka diam di situ kira-kira sepuluh tahun lamanya.
1:5 Lalu matilah juga keduanya, yakni Mahlon dan Kilyon, sehingga perempuan itu kehilangan kedua anaknya dan suaminya.
1:6 Kemudian berkemaslah ia dengan kedua menantunya dan ia pulang dari daerah Moab, sebab di daerah Moab ia mendengar bahwa TUHAN telah memperhatikan umat-Nya dan memberikan makanan kepada mereka.
1:7 Maka berangkatlah ia dari tempat tinggalnya itu, bersama-sama dengan kedua menantunya. Ketika mereka sedang di jalan untuk pulang ke tanah Yehuda,
1:8 berkatalah Naomi kepada kedua menantunya itu: "Pergilah, pulanglah masing-masing ke rumah ibunya; TUHAN kiranya menunjukkan kasih-Nya kepadamu, seperti yang kamu tunjukkan kepada orang-orang yang telah mati itu dan kepadaku;
1:9 kiranya atas karunia TUHAN kamu mendapat tempat perlindungan, masing-masing di rumah suaminya." Lalu diciumnyalah mereka, tetapi mereka menangis dengan suara keras
1:10 dan berkata kepadanya: "Tidak, kami ikut dengan engkau pulang kepada bangsamu."
 
Dalam hidup kita, seringkali kita membuat keputusan. Ada yang besar maupun kecil, ada yang mudah maupun sulit, ada yang memiliki konsekuensi kecil maupun fatal. Ada kalanya kita membuat keputusan, kita merasa bisa mengatur segala hal. Ada kalanya waktu yang memilih kita. Itulah sebabnya kita harus menggumuli setiap keputusan apalagi yang tidak mungkin terulang; fatal akibatnya apabila salah. Dari kitab Rut, kita akan belajar bagaimana beberapa tokoh membuat keputusan; keputusan apa yang mereka pilih dan apa konsekuensinya serta bagaimana mereka berespon tehadap konsekuensi tersebut.
Untuk merenungkan bacaan kita kali ini saya mengambil judul :
JANGAN GADAIKAN IMANMU

Kapan seringkali orang percaya menggadaikan Imannya???

1.      Saat Kelaparan
Alkitab mencatat bahwa mereka pindah karena ada kelaparan di tanah Israel. Perlu kita bertanya apakah alasan kelaparan, yaitu kehidupan fisik kita, adalah alasan yang valid untuk mengambil keputusan pergi dari tanah perjanjian. Nama orang ini adalah Elimelekh, Eli yang adalah singkatan dari Elohim dan Melekh yang berarti raja, tetapi di dalam hidupnya, Tuhan bukanlah rajanya. Ia membuat keputusan berdasarkan apa yang baik di matanya, bahwa tanah Moab lebih subur dan tidak ada kelaparan. Ia tidak melihat rencana Tuhan yang melebihi rasio manusia, melainkan yang ia lihat hanyalah tanah Moab yang kondisinya lebih baik daripada tanah Kanaan. Dalam hidup kita sering pula kita menghadapi dilema ini, di mana kita pun mengambil keputusan bukan dari pergumulan iman melainkan dari kalkulasi rasio kita.
Disaaat kita kelaparan rasio kita hanya tetrfokus kepada makanan....tau harta. Apabila kekristenan yang kita alami justru menimbulkan hambbatan, seringkali kita rela menggadaikan Iman kita.
Ketika ada jabatan yang lebih tinggi dengan kalkulasi Iman, maka tak segan-segan kita lari dan meninggalkan Iman kita. Kita tak mau lagi berpikir tentang Rancangan Allah dan janji Allah.

2.      Saat berada di lingkungan yang salah
Sesungguhnya kita hidup di jaman yang sama dimana orang-orang tidak peduli lagi akan moralitas atau apa yang baik dan benar. Pada jaman seperti inilah seorang kepala keluarga membuat keputusan untuk pindah dari tanah Yehuda ke Moab. Tanah Moab adalah daerah orang kafir di luar tanah perjanjian, tetapi mereka berkeputusan pindah dari tempat yang Tuhan tetapkan.
Termasuk dalam keputusan besar, seperti calon pasangan hidup atau karir atau menghasilkan apa dalam hidup, seharusnya kita bergumul di hadapan Tuhan. Dalam hidup Elimelekh, Tuhan tidak dijadikan sentralitasnya, melainkan pikirannya dipenuhi tanah Moab, sumber pengharapan hidupnya.
Kedua anaknya mengambil perempuan Moab untuk dijadikan istrinya. Padahal saat bangsa Israel dipimpin keluar dari Mesir, berulangkali Tuhan mengingatkan Musa untuk tidak boleh sekali-kali seorang Israel mengambil bangsa lain menjadi istrinya. Mereka harus menjaga diri sebagai umat pilihan Tuhan dan tidak kawin campur dengan bangsa lain. Keluarga Elimelekh tidak ingat akan hal ini. Hanya karena mudah, maka mereka mengambil perempuan Moab menjadi istri. Tetapi lalu matilah kedua anaknya sehingga Naomi pun sendiri dengan kedua menantunya.

3.      Saat dalam kondisi terbeban.
Lalu Alkitab berkata, “Ketika mereka sedang di jalan untuk pulang ke tanah Yehuda, berkatalah Naomi kepada kedua menantunya itu: 'Pergilah, pulanglah masing-masing ke rumah ibunya;'” Naomi berpikir bahwa bila sekarang ia pulang sendiri tidak mengapa, tetapi kalau ia pulang bersama dua menantu perempuan asing, tentunya ia akan menjadi bahan tertawaan orang. Membayangkan ini, ia pun menyuruh mereka pulang ke rumah ibunya masing-masing. Sebagai menantu mungkin akan mengira Naomi begitu baik melepaskan mereka dari tanggung jawab mengurus mertua, namun bukan itulah tujuan Naomi. Ia hanyalah takut akan cemoohan bangsa Israel saat nanti dia pulang. Tetapi kita bisa melihat etika yang begitu baik dari kedua menantu ini. Mereka menangis dan tidak mau berpisah karena sudah menganggap ibu mertua sebagai ibunya sendiri. Meskipun mereka adalah orang asing, tetapi mereka sangat mengerti bagaimana seharusnya menjadi seorang menantu yang baik.
Orpa pun mengikuti perkataan mertua serta keinginannya sendiri. Sekilas memang tampak masuk akal, ia masih muda dan dapat mengulang dari awal lagi, tetapi ia lupa akan satu hal. Apabila kita baca selanjutnya, dalam Alkitab sudah tidak ada nama Orpa disebut. Ia telah kehilangan kesempatan dalam berbagian dalam rencana Tuhan. Bukanlah suatu kebetulah bahwa ia ditempatkan dalam keluarga Naomi, tetapi ia malah menarik kembali sehingga tidak mendapat anugrah besar yang merupakan berkat bagi orang Israel.
Tetapi Rut adalah wanita yang memiliki mata rohani begitu luar biasa. Ia membuat suatu janji komitmen yang menggetarkan hati. Rut bukan saja menjadi menantu yang baik tetapi bahkan membuat janji yang orang Israel pun tidak bisa buat. Ada banyak resiko ia hadapi tetapi ia tetap begitu yakin akan komitmen yang dia ambil. Ia bukan saja ikut secara fisik namun mengambil bangsa Naomi sebagai bangsanya sendiri, Allah Naomi sebagai Allah-nya sendiri. Ia berjanji untuk setia bersama Naomi sampai maut memisahkan mereka.
Naomi berkata bahwa tidak ada sukacita lagi dalam hidupnya, padahal ada begitu banyak berkat yang ia tidak lihat karena terlalu fokus terhadap kepahitan yang dihadapinya. Kita pun sama, saat kesulitan datang, kita tidak bisa lagi melihat hal yang baik. Mengutip perkataan Pdt. Stephen Tong, “Pada waktu kau kesulitan, melihat ke kiri dan ke kanan tidak ada orang, maka jangan lihat ke kiri atau ke kanan, namun lihatlah ke atas, karena diatas ada Bapa di surga yang sedia hati dan tangan menolong engkau.” Naomi tidak bisa melihat berkat Tuhan dalam hidupnya karena tidak melihat dengan mata iman. Apa itu iman? Iman itu bukanlah sakit yang disembuhkan, atau permintaan yang dikabulkan. Iman adalah tangan kita yang kelihatan, memegang tangan Tuhan yang tidak terlihat. Sandarlah pada Dia, harapkan pertolongan dari-Nya, serahkan semuanya kepada-Nya, itulah iman.
Betulkan tidak ada berkat Tuhan bagi Naomi? Sesungguhnya, walau ia sudah tidak mencari Tuhan, sudah tidak bersandar pada-Nya, tetap Tuhan menyediakan dua berkat baginya. Pertama, berkat yang begitu besar yaitu Rut yang selalu menyertai sepanjang hidupnya, meskipun kehilangan suami dan dua anak, tetap bukanlah kemalangan karena satu anak perempuan berkarakter iman seperti Rut lebih berharga dari tujuh anak laki-laki. Seorang perempuan asing yang tidak masuk hitungan dalam kalangan orang Israel ini memiliki mata iman yang luar biasa, seperti ditunjukkan dalam pasal selanjutnya. Berkat yang paling besar tentunya adalah melalui keturunan Rut dan Boas lalu Kristus lahir. Berkat yang kedua, saat mereka sampai ke Betlehem adalah saat permulaian musim menuai jelai. Tuhan mengatur segala sesuatu sehingga Naomi dan Rut tidak kelaparan saat tiba di Betlehem. Pada masa ini, tuaian yang dipotong lalu jatuh ke tanah tidak boleh dipungut kembali melainkan harus dibiarkan untuk para janda dan anak yatim piatu agar mereka pun dipelihara. Dengan ini, Naomi yang belum punya pekerjaan pun disediakan segala sesuatunya oleh Tuhan.
Dalam kotbah ini, mari kita merenungkan kembali keputusan-keputusan yang kita buat setiap harinya. Adakah kita menjalani kehidupan kita seperti keluarga ini yang bersandarkan akan rasio sendiri? Adakah kita melihat berkat Tuhan di tengah kesulitan kita? Sesungguhnya ada begitu banyak berkat Tuhan di sekitar kita. Sekiranya Tuhan menolong setiap dari kita dan memberkati kita melalui firman-Nya ini.