Selasa, 09 Agustus 2011

“ Hajaran Tuhan Berguna untuk Mendidik Dalam Kebenaran“


Markus 6 : 1 – 6b


9:1 Sekiranya kepalaku penuh air, dan mataku jadi pancuran air mata, maka siang malam aku akan menangisi orang-orang puteri bangsaku yang terbunuh!
9:2 Sekiranya di padang gurun aku mempunyai tempat penginapan bagi orang-orang yang sedang dalam perjalanan, maka aku akan meninggalkan bangsaku dan menyingkir dari pada mereka! Sebab mereka sekalian adalah orang-orang berzinah, suatu kumpulan orang-orang yang tidak setia.
9:3 Mereka melenturkan lidahnya seperti busur; dusta dan bukan kebenaran merajalela dalam negeri; sungguh, mereka melangkah dari kejahatan kepada kejahatan, tetapi TUHAN tidaklah mereka kenal.
9:4 Baiklah setiap orang berjaga-jaga terhadap temannya, dan janganlah percaya kepada saudara mana pun, sebab setiap saudara adalah penipu ulung, dan setiap teman berjalan kian ke mari sebagai pemfitnah.
9:5 Yang seorang menipu yang lain, dan tidak seorang pun berkata benar; mereka sudah membiasakan lidahnya untuk berkata dusta; mereka melakukan kesalahan dan malas untuk bertobat.
9:6 Penindasan ditimbuni penindasan, tipu ditimbuni tipu! Mereka enggan mengenal TUHAN.
9:7 Sebab itu beginilah firman TUHAN semesta alam: "Sesungguhnya, Aku mau melebur dan menguji mereka, sebab apakah lagi yang dapat Kulakukan terhadap puteri umat-Ku?
9:8 Lidah mereka adalah anak panah yang membunuh, perkataan dari mulutnya adalah tipu; mereka berbicara damai dengan temannya, tetapi dalam hatinya mereka merancang pengadangan terhadapnya.
9:9 Masakan Aku tidak menghajar mereka karena semuanya ini?, demikianlah firman TUHAN. Masakan Aku tidak membalas dendam-Ku kepada bangsa yang seperti ini?
9:10 Menangis dan merintihlah karena gunung-gunung, dan merataplah karena padang rumput di gurun, sebab semuanya sudah tandus sampai tidak ada orang yang melintasinya, dan orang tidak mendengar lagi suara ternak; baik burung-burung di udara maupun binatang-binatang, semuanya telah lari dan sudah lenyap.
9:11 Aku akan membuat Yerusalem menjadi timbunan puing, tempat persembunyian serigala-serigala; Aku akan membuat kota-kota Yehuda menjadi sunyi sepi, tidak berpenduduk lagi."
9:12 Siapakah orang yang begitu bijaksana, sehingga ia dapat mengerti hal ini, orang yang telah menerima firman dari mulut TUHAN, supaya ia dapat memberitahukannya? Apakah sebabnya negeri ini binasa, tandus seperti padang gurun sampai tidak ada orang yang melintasinya?
9:13 Berfirmanlah TUHAN: "Oleh karena mereka meninggalkan Taurat-Ku yang telah Kuserahkan kepada mereka, dan oleh karena mereka tidak mendengarkan suara-Ku dan tidak mengikutinya,
9:14 melainkan mengikuti kedegilan hatinya dan mengikuti para Baal seperti yang diajarkan kepada mereka oleh nenek moyang mereka.
9:15 Sebab itu beginilah firman TUHAN semesta alam, Allah Israel: Sesungguhnya, Aku akan memberi bangsa ini makan ipuh dan minum racun.
 
 
 
Latar Belakang

Shalom,
Jemaat Yesus Kristus yang berbahagia, dalam renungan kita kali ini saya mengambil Judul sesuai dengan perikop bacaan kita pagi hari ini :

Nabi Yeremia adalah seorang yang berperasaan halus. Ia sangat cinta kepada bangsanya, dan sama sekali tidak suka menubuatkan ajaran ke atas mereka. Di dalam beberapa bagian dari bukunya ia berbicara dengan penuh perasaan tentang penderitaannya karena ia dipanggil oleh Allah untuk menjadi nabi. Perkataan TUHAN adalah seperti api di dalam hatinya; mau tidak mau ia harus menyampaikannya kepada bangsanya.
Yang paling indah dalam buku ini ialah kata-kata TUHAN yang menunjuk kepada suatu masa yang akan datang. Pada masa itu akan ada suatu ikatan janji yang baru dengan Allah. Umat TUHAN akan mentaati janji itu tanpa ada guru yang mengingatkan mereka. Sebab janji itu akan tertulis di dalam hati mereka

Yeremia terus mengungkapkan kepedihannya atas umat Allah yang memberontak serta penolakan mereka untuk bertobat dan dengannya lolos dari kemusnahan yang akan datang. Ia ingin menangis, tetapi kesedihannya terlalu dalam untuk air mata. Teriakan tentang kutukan, tuduhan bersalah, dan peringatan tentang ajaran yang tidak terelakkan diselang-selingi sepanjang pasal ini. Yeremia sering kali disebut "nabi yang menangis" (bd. Yer 14:17), ia menangis siang dan malam untuk umat yang terlalu keras hati sehingga tidak menyadari dekatnya malapetaka mereka; karena perasaan sedih yang amat hebat, secara tradisional Yeremia dianggap penulis kitab Ratapan

Dengan berat hati, seorang bapak yang mengasihi anaknya harus menghajar anaknya ketika ia berbuat salah. Melalui ajaran itu, diharapkan anaknya akan belajar dari kesalahannya dan tidak mengulanginya lagi.
Allah juga terpaksa harus menghajar Israel. Allah harus menghajar mereka (7), meski Ia melakukannya dengan hati yang pedih dan air mata yang tercurah (1). Israel sudah menjadi umat yang jahat, yang melangkah dari kejahatan kepada kejahatan (3), dan melakukan penindasan lepas penindasan (6). Di antara teman dan saudara terjadi saling menipu dan memfitnah (4).
Alasan Tuhan harus membinasakan negeri Israel adalah umat-Nya telah meninggalkan Taurat-Nya. Israel tidak lagi mendengarkan suara-Nya, melainkan menuruti kedegilan hati mereka dan mengikuti para Baal (13-14). Umat Israel tidak mengenal siapa Allah mereka (3, 6). Karena itu Allah akan menyerakkan umat-Nya di antara bangsa-bangsa yang tidak mereka kenal (16).
Dalam kitab Imamat ps. 26 dan Ulangan ps. 28 kita mengetahui bahwa pembuangan merupakan puncak ajaran Allah. Pembuangan terjadi jika Israel terus-menerus tidak mau bertobat dari dosa-dosa mereka. Itu sebabnya hati Tuhan tersayat pedih ketika Ia harus melaksanakan ajaran tersebut. Tujuan Tuhan memberikan ajaran yang demikian berat adalah menyadarkan umat-Nya agar bertobat, kemudian Tuhan akan memulihkan mereka (lih. Im. 26:40-42).
Allah juga akan menghajar kita, umat-Nya, bila kita bebal dan tetap tinggal dalam kubangan dosa. Kita harus ingat bahwa Allah menghajar kita demi kebaikan kita, seperti seorang ayah yang mendisiplinkan anak-Nya (Ibr. 12:5-11).
Ia melakukannya dengan terpaksa karena sesungguhnya Ia mengasihi kita.
.

Pertanyaan: Kapan, kenapa dan bagaimana Tuhan Allah menghajar kita ketika kita berdosa?

Jawaban: Hajaran dari Tuhan adalah fakta yang sering diabaikan dalam hidup orang-orang percaya. Kita sering mengeluh mengenai keadaan kita tanpa menyadari bahwa itu adalah konsekwensi dari dosa kita sendiri, dan adalah bagian dari hajaran yang penuh kasih dan kemurahan dari Allah untuk dosa itu. Ketidakpedulian yang berpusat pada diri sendiri ini dapat mengakibatkan terbentuknya kebiasaan berdosa dalam kehidupan orang percaya yang bahkan akan membutuhkan hajaran yang lebih berat.

Hajaran tidak boleh disamakan dengan ajaran yang tanpa perasaan.
Hajaran Allah adalah respon kasih-Nya kepada kita, dan kerinduan-Nya agar kita semua suci. “Hai anakku, janganlah engkau menolak didikan TUHAN, dan janganlah engkau bosan akan peringatan-Nya.
Karena TUHAN memberi ajaran kepada yang dikasihi-Nya, seperti seorang ayah kepada anak yang disayangi” (Amsal 3:11-12).
Allah menggunakan ujian, pencobaan, dan berbagai kesulitan untuk mempertobatkan kita kembali kepada-Nya.
Hasil dari hajaran ini adalah iman yang lebih kokoh dan hubungan yang diperbaharui dengan Allah (Yakobus 1:2-4), termasuk hancurnya cengkeraman dosa itu dalam hidup Anda.

Dosa yang berkelanjutan, yang terbiasa, atau “yang parah” sering kali harus dihadapi dengan cara yang lebih keras. Anda mungkin tidak akan kehilangan pahala yang Anda raih ketika berada di dunia, tapi mungkin Anda tidak akan ada di dunia untuk jangka waktu yang lama! Bacalah 1 Korintus 10:6-10, 1 Korintus 11:28-30, I Yohanes 5:16-17 dan kisah Ananias dan Safira dalam Kisah 5. Dalam semua kasus ini dosa mengakibatkan kematian. Ini ekstrim, namun jelas merupakan sesuatu yang perlu dipertimbangkan sebelum menyerahkan diri kepada kebiasaan dosa.

Hajaran Allah adalah untuk kebaikan kita sendiri, agar Dia dipermuliakan dalam kehidupan kita. Dia ingin kita menunjukkan kehidupan yang suci, hidup yang mencerminkan natur baru yang Allah telah berikan kepada kita: “Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu, tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus” (1 Petrus 1:14-16). Kalau kita berdosa tanpa menyesal kita bisa berharap untuk dihajar. Namun demikian, kerasnya hajaran adalah bagaikan mengasah permata yang kasar, karena kita akan dihaluskan dan dikuatkan. Mengabaikan hajaran Allah dan terus berdosa akan menghasilkan hajaran lebih lanjut, kesulitan yang lebih besar, dan pada akhirnya, kematian.

Doaku: Tuhan, ajarkan aku untuk melihat kasih-Mu ketika Engkau menghajarku. Ajarkan aku untuk melihat bahwa Engkau melakukannya untuk kebaikanku. Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar