Bangun dan Bangkitlah dari antara Orang Mati
Effesus 5 : 10 – 14
5:10 dan ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan.
5:11
Janganlah turut mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan kegelapan yang tidak
berbuahkan apa-apa, tetapi sebaliknya telanjangilah perbuatan-perbuatan itu.
5:12
Sebab menyebutkan saja pun apa yang dibuat oleh mereka di tempat-tempat yang
tersembunyi telah memalukan.
5:13
Tetapi segala sesuatu yang sudah ditelanjangi oleh terang itu menjadi nampak,
sebab semua yang nampak adalah terang.
5:14
Itulah sebabnya dikatakan: "Bangunlah, hai kamu yang
tidur dan bangkitlah dari antara orang mati dan Kristus akan bercahaya atas
kamu."
Firman Tuhan di dalam Efesus 5:14 menjadi Tema renungan kita saat
ini.
Di dalam ayat ini Paulus
mengatakan, "Bangunlah, hai kamu yang tidur dan bangkitlah dari
antara orang mati dan Kristus akan bercahaya atas kamu." Di dalam ayat
14 ini seakan-akan Paulus mau mengatakan, "Jika kamu telah bangun dari
tidurmu, telah bangkit dari kematian dan sekarang di dalam terang maka
berjalanlah secara bijaksana. Atau dengan kata lain, "Karena kamu
telah diselamatkan, hendaklah kamu berjalan di dalam bijaksana."
Seseorang mungkin berkata, "Tunggu sebentar!" Bagaimana mungkin
seorang yang baru percaya kepada Kristus dapat berjalan dalam hikmat? Bukankah
kita harus bertumbuh? Menjadi orang Kristen yang bijaksana membutuhkan waktu
yang lama. Pertanyaan-pertanyaan ini keliru, karena ayat ini tidak menunjuk
kepada orang Kristen yang baru, melainkan Paulus mau mengatakan bagaimana hidup
sebagai orang-orang yang sudah diselamatkan. Disini Paulus sedang mengatakan,
"Sejak kamu bangun, hidup dan ada di dalam terang, kamu dapat
berjalan secara bijaksana." Di dalam ayat ini kata ‘bangunlah’ merupakan kata yang penting.
Kata ‘bangun’ menunjukkan kita sudah ‘hidup’ dan jika kita ‘hidup’ itu berarti
kita memiliki ‘kesadaran.’ Jika kita sudah sadar barulah kita bisa ‘bangkit.’
Sesudah bangkit barulah kita bisa bekerja dan Kristus baru dapat ‘bercahaya’
melalui hidup kita. Sayangnya, banyak orang menamakan diri orang Kristen bahkan
sudah lama menjadi orang Kristen, namun hidupnya tidak bercahaya di
tengah-tengah kegelapan dan hanyut terbuai dalam arus kehidupan serta berada di
bawah tekanan dosa, sehingga cahaya Kristus tidak nampak di dalam orang tersebut.
Hanya jemaat yang hidup, yang bangun dan yang bangkit barulah Kristus bercahaya
di tengah kegelapan.
Agar, Kristus
bercahaya di dalam hidup jemaat bukanlah hal yang mudah. Itu
sebabnya jemaat yang telah diselamatkan harus menggumulkan beberapa hal:
1.
Memperhatikan
dengan seksama bagaimana jemaat hidup."
Kata "dengan
seksama" disini di dalam bahasa Yunani memiliki arti ketepatan
atau ketelitian. Jadi hidup dengan seksama disini merupakan kebalikan
dari hidup yang sembarangan, tanpa bimbingan dan tidak berpikir dengan
sepatutnya, ini yang pertama.
Lebih jauh lagi
Alkitab menyatakan, "Janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif."
Orang bebal disini bukan berarti
orang yang IQ-nya rendah. Tidak! Melainkan orang yang tidak takut akan Tuhan.
Secara kognitif mereka mungkin tahu tentang Tuhan bahkan mungkin memiliki
pengetahuan Taurat yang cukup baik tetapi melalui kelakuan mereka, mereka
menyangkal Allah di dalam hidupnya. Berbicara mengenai orang ateis disini, kita
dapat mengelompokkan ke dalam dua golongan:
Þ Ateis teoritis yaitu mereka yang secara
teori menyangkal keberadaan Allah namun seringkali di dalam kelakuan banyak di
antara mereka yang hidupnya lebih baik dari yang menamakan diri orang beragama.
Þ Ateis praktis/ Fasik yaitu secara teori mereka
menerima keberadaan Allah, namun di dalam kelakuan menganggap seolah-olah Allah
tidak ada. Sedangkan yang dimaksud ‘bebal’ menunjuk kepada ateis praktis.
Mereka tahu Allah ada namun hidup seolah-olah Allah tidak ada. Jadi secara
kognitif mereka tahu Allah ada, namun di dalam kelakuan justru melawan Tuhan.
Selanjutnya, Paulus mengatakan kalimat "tetapi
seperti orang arif." orang arif disini harus kita
kaitkan dengan PL. Di dalam PL orang arif atau bijaksana seringkali dikaitkan
dengan ‘takut akan Allah.’ Orang
yang takut akan Allah, di dalam hidupnya pastilah memiliki kepekaan-kepekaan
untuk mendengar suara Allah (firman Allah). Jadi orang yang bijaksana disini
adalah orang yang menaruh sikap hormat akan Tuhan bukan hanya di dalam pikiran
melainkan juga di dalam hati dan kelakuan mereka. Ini yang menjadi salah satu
perbedaan antara filsafat Yunani dengan filsafat Ibrani. Di dalam filsafat
Yunani lebih menekankan pada aspek teori sedangkan dalam konsep filsafat Ibrani
lebih menunjuk ke tingkah laku. Jadi jika dikatakan, "Permulaan hikmat adalah takut akan Tuhan." Ini menunjuk ke aspek sikap manusia
dihadapan Tuhan. Jadi orang yang arif atau bijaksana bukan hanya memiliki
pengetahuan akan Tuhan melainkan juga menghormati Tuhan di dalam seluruh
kelakuan mereka termasuk di dalam merencanakan dan mengarahkan seluruh tujuan
hidupnya sesuai dengan kehendak Tuhan dan di bawah pimpinan Tuhan.
2. Menggunakan setiap kesempatan
yang Tuhan berikan.
Istilah ‘waktu’ di dalam Ef 5:16 disini menunjuk
pada kesempatan. Dalam bahasa
Yunani tidak menggunakan kata ‘kronos’
melainkan ‘kairos’. Jadi
di dalam ayat ini mau mengatakan kepada kita ‘pergunakanlah setiap
kesempatan yang ada.’ Di dalam dongeng Yunani kesempatan digambarkan dengan
dewa kesempatan yang mempunyai rambut di depan. Dan dewa kesempatan ini
memiliki sayap dikakinya sehingga jika kita ingin adu lari pasti kalah cepat.
Jadi satu-satunya cara bagaimana kita bisa menangkap dewa kesempatan tersebut
kita harus menunggu sampai dewa kesempatan itu datang kemudian kita tarik
rambutnya. Kita harus betul-betul menggunakan kesempatan tersebut. Terlambat
sedikit saja kita tidak dapat menangkapnya lagi. Di dalam bagian ini singkatnya
mendorong kita bagaimana kita menggunakan setiap kesempatan yang Tuhan berikan
sebaik mungkin. Kesempatan disini bisa mencakup banyak aspek, misalnya
kesempatan melayani, PI, dsb. Bukan itu saja Paulus juga mengatakan ‘hari-hari
ini adalah jahat’. Secara umum kita dapat melihat bahwa
hari-hari di depan kita mengandung banyak sekali potensi untuk melahirkan
kejahatan. Sedikit saja kita terpeleset kita bisa berdosa. Secara khusus pada
masa hidup Paulus, jemaat Efesus sedang menghadapi penganiayaan dari bangsa
Romawi. Supaya Kristus bercahaya ini bukan hal yang mudah. Mereka mengalami
kesulitan, tantangan, bahkan penderitaan. Dalam kondisi seperti ini Paulus
mengatakan bercahayalah. Tidak mudah kecuali mereka menggunakan setiap
kesempatan yang ada sekalipun hari-hari ini jahat."
3. Mengerti kehendak Tuhan.
Kata ‘mengerti’ disini tidak dapat
dilepaskan dari unsur ratio. Itu berarti sebagai orang Kristen kita perlu menggunakan akal kita untuk
mengerti kehendak Allah. Jadi ayat ini menolak dengan tegas
pengalaman-pengalaman untuk mengerti kehendak Allah lepas dari cara yang bisa
dipertanggungjawabkan. Untuk mengerti kehendak Allah kita perlu mendapatkannya
dari sumber yang benar dan dengan cara yang tepat. Sumber yang benar adalah
firman Allah caranya yaitu melalui penafsiran yang bisa dipertanggungjawabkan
yaitu Alkitab menafsirkan Alkitab. Sedangkan fungsi akal hanyalah sebagai alat
untuk kita kembali kepada kebenaran Allah yang sudah diwahyukan melalui
Alkitab. Tidak ada satu orang pun yang mau mengerti kehendak Allah lepas dari
firman. Dan tidak ada seorangpun yang dapat mengerti kehendak Allah di dalam
firman lepas dari penafsiran. Masalahnya, bagaimana caranya kita menafsirkan
Alkitab secara bertanggungjawab. Jika kita keliru dalam menafsirkan maka kita
akan menyimpang dari firman yang benar.
Mengerti kehendak Allah ini penting agar kita dapat menyaring setiap ajaran
atau tingkah laku yang tidak sesuai dengan firman Allah. Dengan mengerti
kehendak Allah kita dapat membedakan apakah itu sesuai dengan kehendak Allah
atau tidak. Benar atau salah, mutlak atau relatif, kekal atau sementara,
penting atau tidak penting. Setiap jemaat Tuhan perlu mengerti kehendak Allah,
dengan demikian kita dapat menguji setiap ajaran maupun tingkah laku kita
sesuai dengan paradigma Biblikal.
4. Hidup yang terus menerus dipenuhi oleh
Roh Kudus.
Kalimat "hendaklah
kamu dipenuhi Roh Kudus"
dalam bahasa aslinya ditulis dalam bentuk present imperatif pasif. Present
artinya terus menerus, imperatif suatu perintah, pasif karena
kita terus menerus dipenuhi oleh Roh Kudus. Jadi sebagai orang Kristen kita
harus terus menerus setiap hari, setiap jam, setiap detik untuk secara aktif
menaklukkan diri kita di bawah pimpinan dan inisiatif Allah yang aktif. Jadi
kita harus terus menerus secara aktif berada dibawah keaktifan Allah yang
memimpin hidup kita. Jikalau poin keempat ini tidak ada di dalam hidup kita
sulit bagi kita untuk hidup bercahaya di tengah dunia ini. Kita bukan hanya
jadi orang Kristen yang hanya mengamati dengan seksama bagaimana kita hidup,
kemudian mengerti kehendak Allah tetapi untuk memiliki sikap hidup yang
bijaksana kita perlu mengerti kehendak Allah. Namun kehendak Allah ini baru
dapat menjadi realita jikalau kita senantiasa berada di bawah ketaatan aktif
kita dibawah ketaatan aktif Allah yang sedang memimpin hidup kita. Jikalau ini
ada di dalam pergumulan hidup kita senantiasa maka pastilah Kristus bercahaya
melalui hidup kita.
Saudara, kita tidak tahu apa yang akan terjadi dalam hidup kita pada hari-hari
kedepan. Namun satu hal yang pasti masalah, kesulitan, tantangan, dan pencobaan
pasti akan kita hadapi dan kita alami. Saya hanya minta, marilah
ditengah-tengah ketidakpastian yang akan kita alami pada tahun ini kita tidak
meminta kepada Tuhan agar Tuhan angkat semua masalah, kesulitan dan pencobaan
yang akan kita alami. Tidak! Karena itu bukan ajaran Alkitab. Tetapi marilah
kita terus menerus memperhatikan bagaimana kita hidup jangan seperti orang
bebal melainkan seperti orang arif. Dan pergunakanlah kesempatan yang ada untuk
menuliskan catatan hidup kita dengan tinta emas kekekalan Tuhan. sekalipun kita
berada di dalam kesulitan yang besar. Ingat waktu adalah bahan baku kehidupan,
kita pakai atau tidak waktu itu akan berlalu. Marilah kita terus bertekun di
dalam mempelajari, merenungkan dan menggumulkan firman Tuhan di dalam hidup
kita sehingga kita dapat mengerti kehendak Allah dan berdoa kepada Tuhan agar
Tuhan memampukan kita untuk terus menerus taat dibawah pimpinanNya. Bersediakah
saudara? Kiranya Tuhan membangunkan, menyadarkan dan memampukan kita untuk
hidup bercahaya di tengah dunia yang gelap ini. Amin!
Pelkat PKP 26-05-2011
Timotius Suprapto