Selasa, 26 Mei 2009

MENGETAHUI KEHENDAK TUHAN DENGAN SEMPURNA

Kolose 1 : 9 Koloese 1: 9 Sebab itu sejak waktu kami mendengarnya, kami tiada berhenti-henti berdoa untuk kamu. Kami meminta, supaya kamu menerima segala hikmat dan pengertian yang benar, untuk mengetahui kehendak Tuhan dengan sempurna, Saudara-saudara terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus, seharusnya kita membaca secara keseluruhan dari Kolose 1 : 1 sampai dengan 29. Surat kepada Jemaat di Kolose pasal 1 ini dibagi dua, yang pertama, kalau kita cermati pada ayat 4 sampai dengan 8 menggambarkan keadaan spiritual Jemaat di Kolose. Mereka telah mendengar dan mempraktekan dalam kehidupan berjemaat dengan pemahaman kepada pengharapan mereka yaitu Yesus Kristus. Seperti halnya kita saat ini, kalau boleh saya katakan, kita sudah tahu siapa Yesus dan kita telah menjalankan ajaran Yesus seperti jemaat di Kolose Selanjutnya, yang kedua, kalau kita pahami pada ayat 10 sampai dengan 29 jemaat di Kolose telah memiliki pengetahuan tentang kehendak Tuhan. Singkat kata jemaat di Kolose adalah jemaat yang bertumbuh didalam Iman. Namun, ada sesuatu yang mengusik hati saya ketika saya membaca seluruh nats ini. Berulang – ulang saya membacanya, khususnya pada ayat k 9, dan mencoba merenungkannya. Semakin saya renungkan, saya semakin merasakan ada perasaan yang kurang dari Paulus terhadap Jemaat di Kolose, dan ini menjadi pergumulan Paulus dan muridnya Timotius. Mari kita kembali membaca secara perlahan – lahan nats Kolose 1 : 9 : Sebab itu sejak waktu kami mendengarnya, kami tiada berhenti-henti berdoa untuk kamu , kami tiada berhenti-henti berdoa untuk kamu Sepertinya Tuhan hendak mengatakan pada jemaat Kolose melalui Rasul Paulus, bahwa belum cukup kehidupan beriman mereka. Mereka menjalankan kehidupan berjemaat mereka hanya dengan pengetahuan mereka. Seperti halnya kita menjalankan adat istiadat nenek moyang kita, tanpa mengerti apa esesnsi dari semuanya itu. Mereka hanya melakukan apa yang dilakukan oleh para ulama saat itu. Kondisi seperti inilah yang menyebabkan Rasul paulus dan Timotius bergumul dalam doa; Sebab itu sejak waktu kami mendengarnya, kami tiada berhenti-henti berdoa untuk kamu. Kondisi jemaat di Kolose tak jauh berbeda dengan kondisi kita saat ini. Kita hanya mengikuti doktrin-doktrin gereja tanpa mengetahui esensi yang sebenarnya. Kita pergi ke gereja tiap minggu, mengikutu persekutuan-persekutuan, melaksanakna pelayanan kasih. Apa yang kita lakukan bukanlah merupakan buah Roh, tetapi tak lebih dari suatu kegiatan ritual biasa. Apakah kondisi ini salah ?????. Tidak, karena Tuhan Yesus sendiri telah berfirman : Joh 14:11 ..........; atau setidak-tidaknya, percayalah karena pekerjaan-pekerjaan itu sendiri. Kita percaya Tuhan Yesus adalah Sang Firman itu sendiri, kita juga percaya Tuhan Yesus disalib untuk menebus kita dari dosa, tapi semua itu belum sempurna. Rasul Paulus menghendaki jemaat di Kolose termasuk kita mengetahui kehendak Tuhan dengan sempurna. Pergumulan Rasul Paulus inilah yang menjadi tema kotbah saya pada saat ini : ” MENGETAHUI KEHENDAK TUHAN DENGAN SEMPURNA “ Pertanyaannya : APAKAH MAKSUD MENGETAHUI KEHENDAK TUHAN DENGAN SEMPURNA ???? 1. Menerima segala Hikmat Saudara-saudara terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus, sering kali kita mengucapkan kata hikmat, baik dalam konseling atau menanggapi satu peristiwa. Satu contoh : Ada datang saudara kita mengalami kecelakaan lalu lintas, mobilnya hancur. Tapi seluruh penumpang selamat. Orang ini sedih mobilnya hancur, dan semua itu diceritakan pada kita dengan wajah sedih. Apa yang kita sering katakan ????? ” Sudahlah jangan sedih, ambil Hikmatnya yang penting anda selamat.” Apa maksudnya ambil Hikmatnya??????. Seandainya kita tahu arti yang sesungguhnya kata hikmat seperti yang Al Kitab katakan, mungkin saat itu kita punya kesempatan untuk menginjili seseorang. Kalau kita baca Kolose 1 : 9 dalam bahasa Inggris, Hikmat disana dikatakan sebagai Wisdom. Wisdom dalam kamus Inggris berarti kebijaksanaan, kebijakan, kearifan. Kembali ke yang dimaksud menerima segala hikmat; kalau kita gantikan menurut pengertiannya; menerima segala hikmat adalah menerima kebijaksanaan, kebijakan dan kearifan. Sedangkan, kebijaksanaan, kebijakan dan kearifan tersebut hanya dimiliki oleh Allah saja. Kata menerima adalah lawan dari memberi, artinya kita tidak bisa menerima apapun kalau tidak ada yang memberi. Rasul Paulus berdoa agar jemaat Kolose menerima segala hikmat, kata menerima memngandung arti tindakan aktif untuk merespon sesutau yang diberikan, nampaknya untuk menerima sesuatu, apalagi berkaitan dengan iman bukan lah suatu pekerjaan yang mudah.sehingga mendorong rasul Paulus untuk berdoa. Sedangkan Hikmat itu sendiri menurut Al Kitab ada di 1Kor 1:30 Tetapi oleh Dia kamu berada dalam Kristus Yesus, yang oleh Allah telah menjadi hikmat bagi kita. Ia membenarkan dan menguduskan dan menebus kita. , yang oleh Allah telah menjadi hikmat, siapa yang menjadi Hikmat???????. Tuhan Yesus!!! Manifestasi keberadaan Yesus saat ini adalah dalam Roh, yakni Roh Kudus, artinya kita harus menerima Roh Kudus. Karena hanya dengan Roh Kudus saja kita memiliki segala Hikmat. Dengan menerima Yesus Kristus berarti telah memiliki segala Hkmat yaitu Kebijaksanaan, Kebijakan dan kearifan. 2. Memiliki Pengertian yang benar Nah, ini lagi sering kita berkata jadilah orang yang benar, berjalanlah diatas kebenaran atau bahkan nats kitab suci mengatakan : Mt 6:33 Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Kebenaran atau yang benar, mesti harus bisa dijabarkan. Kebenaran menurut kita atau menurut Allah. Belum lagi, kebenaran itu hendak berbicara tentang hal apa ? Mari kita ulas tentang memiliki pengertian yang benar, agar kita, saudara dan saya memahami apa maknanya. Karena ini masih juga berkaitan dengan kehidupan berjemaat kita. Jangan sampai kita salah dalam berjemaat, seperti yang rasul Paulus katakan dalam suratnya kepada jemaat di Roma, Roma 10 : 2 Sebab aku dapat memberi kesaksian tentang mereka, bahwa mereka sungguh-sungguh giat untuk Allah, tetapi tanpa pengertian yang benar. Kalau seperti ini kehidupan berjemaat kita, seperti yang dikatan oleh Rasul Paulus maka akan sia-sialah ibadah kita.

Senin, 25 Mei 2009

MEMAHAMI PIKIRAN YESUS

times new roman;">Matius 16 : 21 -23
16:21 Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga. 16:22 Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: "Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau." 16:23 Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: "Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia." 16:24 Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. Penulis : Pnt Timotius SupraptoTema : Menyangkal diri, memikul salib dan mengikut YesusTanggal Penulisan: 6 Maret 2009 Pengantar :Shalom, Seorang teolog yang bernama Robert Boehlke pernah mengatakan bahwa “dalam diri Yesus tersimpan suatu misteri yang menghalangi setiap usaha untuk mengenal siapa Dia sesungguhnya” (dikutip dari buku “Selamat Mengikut Yesus”). Mengikut Yesus itu menjadi sulit oleh karena dalam pengajaran-Nya, ada banyak hal yang harus diterima dan wajib dilakukan oleh para pengikut-Nya. Tidak ada pilihan lain. Setiap pengikut Yesus harus menyangkali diri, memikul salib, dan mengikuti Yesus. Hal-hal seperti ini, jika dilihat dari kacamata manusia terlihat mustahil untuk dilakoni. Maka wajar saja jika kemudian para murid bertanya, “Jika demikian, siapakah yang akan diselamatkan?”. Mari kita lihat bacaan kita hari ini , matius 16 : 21. Matius 16:21 Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga. Pada ayat ini TuhanYesus mulai menjelaskan tentang siapa diri-Nya. Dia memang Mesias namun Mesias yang berbeda daripada yang dipikirkan oleh orang Yahudi pada waktu itu. Pada saat itu orang-orang Yahudi berpendirian bahwa Mesias adalah Raja orang Israel yang hendak mengalahkan musuh-musuh Israel dengan mudah dan gilang-gemilang. Namun Yesus justru memberikan pemahaman yang sama sekali baru tentang Mesias. Menurut Yesus, sang Mesias itu harus menderita, sengsara, mati dan kemudian bangkit pada hari ketiga. Hal ini sebagai bagian dari rencana penyelamatan dan kehendak Allah yang harus digenapi di dalam diri Yesus, sebagaimana yang dibicarakan dalam Yesaya 53. Ayat 22-23 Mendengar pelajaran yang semacam itu, Petrus langsung memberikan reaksi. Dia kaget mendengar pernyataan Yesus itu. Petrus menganggap Yesus tidak pantas berbicara tentang Mesias yang seperti itu. Petrus lalu menarik Yesus dan berkata, “Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau.” Perkataan Petrus yang dalam bahasa aslinya berbunyi, “hileos soi, kyrie” ini, banyak diterjemahkan dengan berbagai cara. Alkitab Terjemahan Baru LAI menyajikannya dengan panjang sekali. Kemungkinan yang paling tepat perkataan Petrus itu diterjemahkan dengan kalimat: “Astaga, Tuan!… Janganlah Allah membiarkan hal itu menimpa Engkau!” Mendengar ucapan Petrus yang seperti itu, Yesus lalu menegur Petrus dengan keras! Pada satu sisi Yesus memahami bahwa ungkapan Petrus itu merupakan ungkapan kasihnya kepada Yesus. Namun, pada sisi yang lain, Yesus juga mengetahui bahwa di balik itu, Setan si penggoda, tengah bekerja dengan memakai Petrus sebagai alatnya, agar Yesus menyimpang dari tugas yang dipercayakan kepada-Nya. Tetapi Yesus kuat. Ia tidak mau melepaskan ketaatan-Nya kepada Bapa, betapapun pahit dan berat tugas yang harus Dia pikul. Maka Yesus menegur Petrus. Di sini kita dapat melihat kebesaran Yesus. Sekalipun Dia takut akan apa yang terjadi di depannya namun kehendak Allah jauh lebih penting. Pertanyaannya : Bagaimana cara memahami pikiran Allah????? Jawab : 1. Menyangkal diri 16:23 Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: "Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia." Sering kali manusia berpikir segala sesuatu yang baik menurut ukuran mereka adalah juga berasal dari Allah. Satu contoh : sebagai orang yang taat kepada agamanya, harus membela agamanya dari usaha-usaha yang merongrong kewibawaan agama yang mereka anut. Atau berusaha sekuat mungkin untuk memusnahkan segala sesuatu yang hendak menghancurkan agama mereka. Tuhan tidak butuh pertolongan kita, untuk menjaga kemurnian dan kewibawaan Allah tidak membutuhkan daya dan akal budi manusia. Yang membutuhkan pertolongan justru kita, manusia, yang pada dasarnya tidak layak untuk menerima kasih karunia Allah. Kita harus menyangkali diri kita, bahwa kita mampu untuk berbuat banyak dalam karya keselamatan Allah. Tidak,……… tidak satu manusiapun mampu menyelamatkan dirinya. Keselamatan adalah Anugerah Allah, dan keselamatan itu diberikan hanya satu kali saja. Seperti Firman Allah : Ibrani 9:28 demikian pula Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diri-Nya untuk menanggung dosa banyak orang. Sesudah itu Ia akan menyatakan diri-Nya sekali lagi tanpa menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan kepada mereka, yang menantikan Dia. 2. Memikul Salib Memikul salib itu berarti 'mengasihi sebagaimana Yesus telah mengasihi kita' Yesus tidak membiarkan kita berada dalam keraguan akan makna ucapan tersebut di dalam kehidupan sehari-hari kita. Dan Anda akan terkejut jika mendapati bahwa ucapan ini ternyata memiliki arti yang sangat akrab dengan Anda. Inilah makna yang Yesus sampaikan di dalam Yohanes 13:34. Bunyinya seperti ini, "Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi." Nah, apa yang baru dari perintah ini? Kita akan melihatnya sesaat lagi.. Kasih di sini tidak diartikan sebagai suatu jenis perasaan atau emosi melainkan di dalam makna salib. Sebagaimana Aku telah mengasihi kamu dan sebagaimana Aku telah pergi ke kayu salib bagimu, maka dengan cara itu pulalah kalian akan saling mengasihi antara satu dengan yang lain, pergi ke kayu salib bagi sesamanya. Sekarang Anda bisa melihat hubungan antara saling mengasihi seperti Yesus telah mengasihi dengan memikul salib. Mengasihi seperti Yesus telah mengasihi kita berarti: mati bagi sesama Itulah tepatnya firman yang terdapat di dalam 1 Yohanes 3:16. Seperti yang sudah saya sampaikan sebelumnya, banyak orang yang tahu Yohanes 3:16 akan tetapi mereka tidak tahu 1 Yohanes 3:16. Dan sangatlah penting bagi orang Kristen untuk mencamkan ayat yang luar biasa ini, "Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; jadi kitapun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita." Nah, penginjil yang dengan setulus hati mengutip bagian pertama dari ayat ini: ...bahwa Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita, dan berhenti di sana, berarti dia tidak menyampaikan kebenaran yang utuh. Karena rasul Yohanes melanjutkan dengan, jadi kitapun wajib; kata 'wajib' menyatakan suatu keharusan. Kita berada di bawah suatu kewajiban untuk menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita. 3. Mengikut Tuhan Yesus Harus diakui bahwa mengikut Yesus itu sulit. Bukan hanya sekadar berkata, “Ya, saya percaya bahwa Yesus itu adalah Tuhan dan Juruselamat.” Mengikut Yesus berarti juga mau mengambil bagian yang paling tidak menyenangkan, menerima risiko yang paling berat dan bahkan mungkin harus mempertaruhkan nyawa. Intinya, ada harga yang harus dibayar. Tampaknya mustahil kita melakukan itu, tetapi apa yang mustahil bagi kita, tidak bagi Allah. Dia akan memberikan kekuatan dan pertolongan sehingga kita dapat mengikut Yesus dengan taat dan setia

Senin, 04 Mei 2009

ALLAH ADALAH KASIH


Allah adalah Kasih


I Yohanes 4:16 Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita. Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia


Saat hatiku mengharu biru
Aku tak mengenal lagi Allahku,
Aku tak bisa lagi memahami konsep ke Illahian
Segala sesuatu disekelilingku menjadi batu sandungan bagiku
Bahkan aku bertanya
Benarkah Allah itu ada?
Mengapa aku harus menghadapi segala persoalan
Karena bagiku, Allah adalah :
Maha kasih dan Penyayang
Tidak pendendam
Tidak dibatasi waktu dan ruang
Nyata
Bukan hanya teori pelepasan
Bukan menjadi momok
Pencipta damai Sejahtera
Sang Penyembuh
Tapi dimana Dia??

................