Senin, 25 Mei 2009

MEMAHAMI PIKIRAN YESUS

times new roman;">Matius 16 : 21 -23
16:21 Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga. 16:22 Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: "Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau." 16:23 Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: "Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia." 16:24 Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. Penulis : Pnt Timotius SupraptoTema : Menyangkal diri, memikul salib dan mengikut YesusTanggal Penulisan: 6 Maret 2009 Pengantar :Shalom, Seorang teolog yang bernama Robert Boehlke pernah mengatakan bahwa “dalam diri Yesus tersimpan suatu misteri yang menghalangi setiap usaha untuk mengenal siapa Dia sesungguhnya” (dikutip dari buku “Selamat Mengikut Yesus”). Mengikut Yesus itu menjadi sulit oleh karena dalam pengajaran-Nya, ada banyak hal yang harus diterima dan wajib dilakukan oleh para pengikut-Nya. Tidak ada pilihan lain. Setiap pengikut Yesus harus menyangkali diri, memikul salib, dan mengikuti Yesus. Hal-hal seperti ini, jika dilihat dari kacamata manusia terlihat mustahil untuk dilakoni. Maka wajar saja jika kemudian para murid bertanya, “Jika demikian, siapakah yang akan diselamatkan?”. Mari kita lihat bacaan kita hari ini , matius 16 : 21. Matius 16:21 Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga. Pada ayat ini TuhanYesus mulai menjelaskan tentang siapa diri-Nya. Dia memang Mesias namun Mesias yang berbeda daripada yang dipikirkan oleh orang Yahudi pada waktu itu. Pada saat itu orang-orang Yahudi berpendirian bahwa Mesias adalah Raja orang Israel yang hendak mengalahkan musuh-musuh Israel dengan mudah dan gilang-gemilang. Namun Yesus justru memberikan pemahaman yang sama sekali baru tentang Mesias. Menurut Yesus, sang Mesias itu harus menderita, sengsara, mati dan kemudian bangkit pada hari ketiga. Hal ini sebagai bagian dari rencana penyelamatan dan kehendak Allah yang harus digenapi di dalam diri Yesus, sebagaimana yang dibicarakan dalam Yesaya 53. Ayat 22-23 Mendengar pelajaran yang semacam itu, Petrus langsung memberikan reaksi. Dia kaget mendengar pernyataan Yesus itu. Petrus menganggap Yesus tidak pantas berbicara tentang Mesias yang seperti itu. Petrus lalu menarik Yesus dan berkata, “Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau.” Perkataan Petrus yang dalam bahasa aslinya berbunyi, “hileos soi, kyrie” ini, banyak diterjemahkan dengan berbagai cara. Alkitab Terjemahan Baru LAI menyajikannya dengan panjang sekali. Kemungkinan yang paling tepat perkataan Petrus itu diterjemahkan dengan kalimat: “Astaga, Tuan!… Janganlah Allah membiarkan hal itu menimpa Engkau!” Mendengar ucapan Petrus yang seperti itu, Yesus lalu menegur Petrus dengan keras! Pada satu sisi Yesus memahami bahwa ungkapan Petrus itu merupakan ungkapan kasihnya kepada Yesus. Namun, pada sisi yang lain, Yesus juga mengetahui bahwa di balik itu, Setan si penggoda, tengah bekerja dengan memakai Petrus sebagai alatnya, agar Yesus menyimpang dari tugas yang dipercayakan kepada-Nya. Tetapi Yesus kuat. Ia tidak mau melepaskan ketaatan-Nya kepada Bapa, betapapun pahit dan berat tugas yang harus Dia pikul. Maka Yesus menegur Petrus. Di sini kita dapat melihat kebesaran Yesus. Sekalipun Dia takut akan apa yang terjadi di depannya namun kehendak Allah jauh lebih penting. Pertanyaannya : Bagaimana cara memahami pikiran Allah????? Jawab : 1. Menyangkal diri 16:23 Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: "Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia." Sering kali manusia berpikir segala sesuatu yang baik menurut ukuran mereka adalah juga berasal dari Allah. Satu contoh : sebagai orang yang taat kepada agamanya, harus membela agamanya dari usaha-usaha yang merongrong kewibawaan agama yang mereka anut. Atau berusaha sekuat mungkin untuk memusnahkan segala sesuatu yang hendak menghancurkan agama mereka. Tuhan tidak butuh pertolongan kita, untuk menjaga kemurnian dan kewibawaan Allah tidak membutuhkan daya dan akal budi manusia. Yang membutuhkan pertolongan justru kita, manusia, yang pada dasarnya tidak layak untuk menerima kasih karunia Allah. Kita harus menyangkali diri kita, bahwa kita mampu untuk berbuat banyak dalam karya keselamatan Allah. Tidak,……… tidak satu manusiapun mampu menyelamatkan dirinya. Keselamatan adalah Anugerah Allah, dan keselamatan itu diberikan hanya satu kali saja. Seperti Firman Allah : Ibrani 9:28 demikian pula Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diri-Nya untuk menanggung dosa banyak orang. Sesudah itu Ia akan menyatakan diri-Nya sekali lagi tanpa menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan kepada mereka, yang menantikan Dia. 2. Memikul Salib Memikul salib itu berarti 'mengasihi sebagaimana Yesus telah mengasihi kita' Yesus tidak membiarkan kita berada dalam keraguan akan makna ucapan tersebut di dalam kehidupan sehari-hari kita. Dan Anda akan terkejut jika mendapati bahwa ucapan ini ternyata memiliki arti yang sangat akrab dengan Anda. Inilah makna yang Yesus sampaikan di dalam Yohanes 13:34. Bunyinya seperti ini, "Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi." Nah, apa yang baru dari perintah ini? Kita akan melihatnya sesaat lagi.. Kasih di sini tidak diartikan sebagai suatu jenis perasaan atau emosi melainkan di dalam makna salib. Sebagaimana Aku telah mengasihi kamu dan sebagaimana Aku telah pergi ke kayu salib bagimu, maka dengan cara itu pulalah kalian akan saling mengasihi antara satu dengan yang lain, pergi ke kayu salib bagi sesamanya. Sekarang Anda bisa melihat hubungan antara saling mengasihi seperti Yesus telah mengasihi dengan memikul salib. Mengasihi seperti Yesus telah mengasihi kita berarti: mati bagi sesama Itulah tepatnya firman yang terdapat di dalam 1 Yohanes 3:16. Seperti yang sudah saya sampaikan sebelumnya, banyak orang yang tahu Yohanes 3:16 akan tetapi mereka tidak tahu 1 Yohanes 3:16. Dan sangatlah penting bagi orang Kristen untuk mencamkan ayat yang luar biasa ini, "Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; jadi kitapun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita." Nah, penginjil yang dengan setulus hati mengutip bagian pertama dari ayat ini: ...bahwa Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita, dan berhenti di sana, berarti dia tidak menyampaikan kebenaran yang utuh. Karena rasul Yohanes melanjutkan dengan, jadi kitapun wajib; kata 'wajib' menyatakan suatu keharusan. Kita berada di bawah suatu kewajiban untuk menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita. 3. Mengikut Tuhan Yesus Harus diakui bahwa mengikut Yesus itu sulit. Bukan hanya sekadar berkata, “Ya, saya percaya bahwa Yesus itu adalah Tuhan dan Juruselamat.” Mengikut Yesus berarti juga mau mengambil bagian yang paling tidak menyenangkan, menerima risiko yang paling berat dan bahkan mungkin harus mempertaruhkan nyawa. Intinya, ada harga yang harus dibayar. Tampaknya mustahil kita melakukan itu, tetapi apa yang mustahil bagi kita, tidak bagi Allah. Dia akan memberikan kekuatan dan pertolongan sehingga kita dapat mengikut Yesus dengan taat dan setia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar