Kamis, 26 November 2009

JOHANES CALVIN DAN GERAKAN KARISMATIK

Johanes Calvin dan Gerakan Karismatik
Rebecca Young
25 Agustus 2009

I. Latar Belakang Gerakan Karismatik
Istilah “Gerakan Karismatik” dipakai untuk menggambarkan kejadian dalam agama yang terjadi pada 50 tahun terakhir ini. Kata karismatik berasal dari sebuah kata Yunani charis yang berarti “kasih karunia”. Kata charis digunakan dalam Alkitab untuk menjelaskan mengenai berbagai pengalaman supranatural (khususnya dalam 1 Korintus 12-14). Kitab Kisah Para Rasul mencatat manifestasi Roh Kudus seperti kesembuhan ilahi, mujizat, dan glossolalia yang terjadi pada masa gereja mula-mula pada awal abad pertama. Karismatik merupakan sebuah istilah yang dipakai untuk mendeskripsikan kaum Kristiani yang percaya bahwa manifestasi Roh Kudus tersebut masih bisa terjadi dan seharusnya dipraktekkan sebagai pengalaman pribadi setiap orang percaya pada masa sekarang ini. Gerakan Karismatik dalam berbagai hal memiliki ciri-ciri khas Pentakosta, khususnya dalam hal karunia-karunia Roh seperti tercatat dalam Alkitab (bahasa lidah/bahasa roh/glossolalia, nubuat, dan lain-lain). Gerakan ini pada awalnya bersifat antardenominasi di dalam gereja-gereja aras utama Protestan dan Katolik. Banyak kaum Karismatik pada akhirnya kemudian membentuk denominasi terpisah dalam gereja-gereja baru.
Sebetulnya cenderung seperti Gerakan Karismatik ini terjadi dalam tiap agama di seluruh dunia sebagai akibat globalisasi yang diikuti kerusakan dan kehancuran etika dan moral-moral dasar. Seperti yang sering terjadi selama sejarah manusia, kalau seseorang atau suatu kelompok mulai merasa kehilangan keyakinan, mereka akan berusaha untuk kembali ke dasar kepercayaan mereka dengan harapan bahwa kalau lebih menaati peraturan agama, mereka akan mengakibatkan pembaharuan. Dari segi psikologis, cendurung ini juga adalah upaya untuk mengontrol/mengatur lingkungan seseorang dalam keadaan di mana ia mengalami kehilangan kontrol, seperti diakibatkan oleh globalisasi, kepindahan penduduk dari daerah pelosok ke kota, kekurangan kekuatan adat-istiadat, dan sebagainya.
Abad ke-XX adalah zaman di mana perkembangan teknologi terjadi secara paling cepat: misalnya, pada tahun 1905 dua orang namanya Orville dan Wilbur Wright menerbang dengan pesawat di Kitty Hawk, North Carolina, Amerika Serikat, selama 59 detik sejauh 260 meter; dalam waktu cuma 64 tahun kemudian, Neil Armstrong dan Buzz Aldrin menginjak bulan. Abad ke-XX juga terkenal sebagai abad di mana ada banyak perkembangan dalam bidang medis: seperti penemuan vaksinasi untuk beragam penyakit; penyakit cacar, penyakit lumpuh dan banyak penyakit yang menularyang sekarang hampir dihapuskan dari dunia. Tetapi pada abad yang sama, perkembangan teknologi militer, khusus untuk senjata canggi, mengakibatkan jumlah orang tewas dalam perang-perang pada abad ke-XX lebih besar daripada semua perang yang pernah terjadi selama sejarah manusia sebelum abad tersebut. Jumlahnya adalah kira-kira 180 juta orang, yang dibunuh dalam perang, pembunuhan besar-besaran, bom bunuh diri, kelaparan yang diakibatkan oleh hal-hal politik (bukan bencana alam) dan lain-lain.
Karena perkembangan tersebut, layak ditanyakan apakah keadaan manusia makin lama makin baik atau makin jahat. Seperti yang disebut oleh Omar Bradley, seorang komandan di Perang Dunia Kedua, kita sebagai umat manusia menjadi raksasa teknologi akan tetapi kerdil etika.Pada umumnya respons dari manusia terhadap kenyataan yang mengerikan ini terdiri dari dua bagian: satu bagian yang menjadi lebih sekular, kehilangan iman pada Allah, tekanan pada upaya manusia untuk menyelamatkan diri dengan kemampuan sendiri, dan fokus pada kemungkinan untuk maju atau menjadi berhasil dalam saat ini dan di sini daripada di masa depan atau di tempat lain, yaitu di sorga. Bagian yang lain menjadi lebih konservatif, mundur ke apa yang dianggap sebagai hal-hal dasar dalam agama mereka, atau dalam bahasa Inggris: “back to basics”. Hal ini sedang terjadi dalam tiap agama pada zaman ini; kita melihat contoh dalam agama Islam di mana ada gerakan konservativ bahkan ekstrim. Dalam agama Kristen hal ini juga sangat kelihatan.
Coba kita membayangkan abad ke-XX sebagai sungai dengan arus yang kuat sekali: sebagian dari manusia dibawa oleh arus itu. Mereka ikut sertadalam perkembangan baru dan merasa bahwa arus itu akan membawa mereka kepada tujuan yang lebih bagus, dibandingkan dengan orang lain yang memegang batu-batu di tepi sungai; makin kuat arus sungai, makin erat pegangan mereka supaya tidak dibawa ke tujuan yang di luar kontrol mereka. Dalam contoh ini kita bisa melihat berapa hal yang terjadi: yang pertama, makin lama makin jauh jarak antara dua kelompok ini; dan itu yang sedang terjadi antara gerakan fundamentalis/karismatik dan gereja-gereja arus-utama pada saat ini.
Waktu zaman reformasi, keadaan dalam Gereja Kristen Romawi mirip dengan yang terjadi sekarang: ada banyak orang yang melihat bahwa dunia ini penuh dengan dosa, kekurangan etika, korupsi, di dalam gereja pun, sampai Martin Luther diilhami untuk menulis 93 theses, satu tindakan yang mengakibatkan gerakan Reformasi itu, yang juga terdiri dari “back to basics”, yaitu kembali ke Alkitab, ke iman dan ke kasih karunia Allah. Kemudian Calvin sebagai generasi kedua (Calvin baru lahir 25 tahun sesudah Luther) melanjutkan apa dimulai oleh Luther dan para Reformator lain, dengan “membersihkan” gereja, baik secara harafiah maupun simbolis, supaya kembali ke keadaan seperti gereja mula-mula: semua ikon dihapuskan, musik yang diijinkan dalam gereja hanya mazmur, kembali ke bahasa asli untuk menerjemahkan Alkitab ke bahasa daerah, dan lain sebagainya.
Gerakan Karismatik Pada Zaman Ini
Sebagian dari anggota Gerakan Karismatik lebih suka memakai “pembaharuan karismatik”sebagai nama untuk kelompok mereka oleh karena berapa hal seperti berikut: (1) ini bukan “gerakan” dari segi semacam upaya teratur dengan tujuan-tujuan tertentu; (2) salah satu ciri khas gerakan ini adalah pembaharuan karismata alkitabiah; jadi nama yang paling tepat adalah pembaharuan karismatik. Tetapi juga ada bagian dalam gerakan ini yang setuju dengan istilah “gerakan” oleh karena mereka berpendapat bahwa kejadian ini lebih daripada pembaharuan saja dan apalagi yang bergerak bukan hanya manusia akan tetapi Roh Kudus yang sedang bergerak untuk memberi beragam karismata kepada umatnya.
Gerakan Karismatik muncul pertama kali di dalam gereja arus-utama pada dekade 1950-an, kemudan diperkuatkan di Amerika Serikat pada tahun 1960 di gereja Anglikan (“Epikopal”) di California. Sejak itu gerekan tersebut menyebar dan berkembang secara terus-menerus dalam banyak gereja arus-utama, seperti Luteran sama Presbyterian, kemudian di Gereja Katolik Romawi (tahun 1967) dan di Gereja Ortodox Yahuni (1971). Pada tahun 1973 adalah Sidang Karismatik Ortodox pertama yang diselenggarakan di AS, dan sekarang tiap tahun ada banyak sidang baik dalam negeri maupun internasional di seluruh dunia.
Sebagai garis besar tentang Gerakan Karismatik dalam gereja, ada tujuh ciri khas: (1) kebangkitan kembali semangat dan rasa segar dalam iman Kristen; (2) pembaharuan komunitas orang percaya sebagai persekutuan (koinonia) Roh Kudus; (3) perwujudan beragam karunia rohani yang sejajar dengan yang ditunjukkan dalam 1 Kor 12-14; (4) pengalaman pembaptisan Roh Kudus, termasuk bahasa Roh, sebagai pembaharuan rohani yang radikal; (5) kemunculan persatuan yang tidak terbatas oleh denominasi-denominasi; (6) semangat baru untuk kesaksian tentang Kabar Baik Yesus Kristus; dan (7) kebangkitan kembali pandangan eskatologis.
Teologi Calvin / Teologi Aliran Kalvinis dan Gerakan Karismatik
Ada istilah dalam bahasa Inggris untuk jemaat-jemaat Aliran Kalvinis (dan gereja arus-utama pada umumnya) berdasarkan sikap kita waktu beribadah, yaitu “Frozen Chosen”, atau Jemaat Beku, karena kita duduk diam tanpa bergerak, tidak bertepuk tangan, dan menanyikan nyanyiannyasecara pelan dan serius. (Mungkin ini juga kenapa kata “gerakan” cocok untuk kelompok ini; kita tidak bergerak, mereka bergerak terus).
Jadi kalau kita melihat ciri pertama dalam daftar di atas, yaitu didapatnya kembali semangat dan rasa segar dalam iman Kristen, ada alasan untuk bersyukur menurut teologi Aliran Kalvinis. Dalam tulisan Johanes Calvin, terutama di dalam bukunya yang terkenal, Institutes of the Christian Religion, sering ditekankan kepentingan pengalaman yang hidup dan nyata, dan yang penuh semangat. Pengetahuan tentang Tuhan, menurut Calvin, “terdiri dari pengalaman yang nyata daripada dari pemikiran yang abstrak dan sombong”. Calvin juga berpendat, seharusnya yang dibutuhkan adalah konversi kepada Kristus “yang sungguh-sungguh dan dengan penuh hati”. Tiap orang Kristen dipanggil untuk “memuliakan kehadiran Roh Kudus”. Waktu menjelaskan tujuannya dalam kata pengantar buku Institutes tersebut yang penuh dengan bahan-bahan teologis, Calvin tidak memakai istilah summa theologiae (bahasa Latin untuk “ikhtisar teologia”) sesuai dengan para penulis teologilain, akan tetapi yang dipakai adalah istilah summa pietatis (“ikhtisar iman”). Jadi Gerakan Karismatik, meskipun tidak diperkirakan dulu oleh Calvin, tetap menekankan pengalaman yang nyata dan giat, yang sesuai dengan semangat Calvin dan tradisi Aliran Kalvinis.
Salah satu bedanya antara Gerakan Karismatik dan gereja-geraja Aliran Kalvinis pada umumnya adalah, ibadah Gerakan Karismatik lebih aktiv, dengan lebih banyak gerakan termasuk yang angkat tangan waktu berdoa. Meskipun jarang dilakukan sekarang dalam gereja-geraja Kalvinis arus-utuma, sebetulnya Calvin tidak ada keberatan dengan gerakan di dalam ibadah, dengan alasan seperti berikut:
Pasti sikap dalam dirinya lebih penting waktu berdoa, tetapi tanda di luar dengan tubuh, seperti berlutut, membuka topi, dan mengangkat tangan, mempunyai dua guna. Yang pertama adalah supaya seluruh bagian dari tubuh kita menyembah and memuliakan Tuhan; yang kedua, supaya kita dibangkitkan dari keadaan malas dengan bantuan ini. Juga ada guna yang ketiga waktu doa umum yang serius, karena dengan bergerak begitu, anak Tuhan dapat mengakui kesalehannya dan saling membangkitkan rasa hormat terhadap Tuhan. Tetapi juga harus diingatkan,walaupun tindakan mengangkat tangan cocok sebagai tanda keyakinan dan keinginan, kita juga harus menunjukkan kerendahan hati kita dengan berlutut.

Biasanya ada kesan tentang Calvin bahwa teologinya sangat serius, tidak ada tempat untuk emosi, semua harus diatur secara logis dengan pikiran dari kepala daripada perasaan dari hati. Sayangnya kesan atau prasangka itu tentang Calvin sama sekali tidak benar. Hal yang paling penting tentang teologi Calvin adalah kedaulatan Tuhan: Tuhan adalah Tuhan di atas segala-galanya. Jadi Tuhan adalah Tuhan di atas pikiran kita, tetapi juga di atas emosi kita. Dua-duanya adalah anugerah dari Tuhan, jadi menurut Calvin dua-duanya dapat dipakai untuk memuliakan Tuhan, bahkan harus dipakai untuk memuliakan-Nya. Waktu kita menjadi Kristen, yaitu bertobat dan kemudian dibersihkan oleh pembaptisan Roh Kudus, bukan hanya pikiran (pamahaman) dan kehendak kita yang harus dibenarkan dan disucikan, tetapi perasaan kita juga:
Apalagi, kita ditegur untuk mendekati Allah dengan perasaan yang tulus dan benar. Tidak cukup kalau kita cuma mengendalikan kaki kita, tangan kita dan mata kita dari tindakan jahat; seharusnya hati kita mendahului kita dan Allah dilayani dengan perasaan benar. Dan perasaan ini tidak boleh dipaksakan, tetapi harus diakibatkan oleh kasih ikhlas pada Allah.
“Perasaan yang benar” menurut Calvin – dalam bahasa Perancis vraye affection – dapat dikembangkan dalam hati kita dengan fokus pada kayu salib Kristus, pada masa depan, dan pada pemeliharaan Allah. Untuk Calvin, orthopathy(perasaan benar) sangat terkait dengan orthodoxy (ortodoksi) dan kepentingannya dua-duanya sama.
Tentang ciri kedua, yaitu gereja sebagai persekutuan atau koinonia Roh Kudus, hal ini tidak ditekankan oleh Calvin dan tradisi Aliran Kalvinis. Meskipun Calvin mengakui kepentingan pujian dan bersembah bersama-sama, menurut Calvin gereja hanya berada “di manaFirman Tuhan dikhotbahkan dan didengarkan secara benar, dan sakramen-sakramen dirayakansesuai dengan tindakan-tindakan Kristus”. Menurut banyak orang, justru pikiran yang menekankan penyelenggaraan khotbah dan sakraman secara tegasseperti itu yang menyebabkan tekanan yang berat sebelah pada aturan dan perintah.
Menurut Gerakan Karismatik, kalau gereja akan berfungsi secara lengkap harus ada umat yang sedang menghayati koinonia Roh Kudus, bukan hanya yang sedang mendengarkan khotbah dan mengalami perjamuan kudus dan baptisan. Menurut Calvin ada dua tanda gereja yang benar: Firman di khotbahkan dan didengarkan, sakramen-sakramen yang dirayakan; menurut Gerakan Karismatik ada tanda yang ketiga: gereja itu berada di mana pengikut-pengikut Yesus berkumpul untuk pujian, persekutuan dan pelayanan dalam koinonia Roh Kudus. Dalam perkembangan teologi Aliran Kalvinis yang ortodoks, pernah muncul tanda yang ketiga yang disebut disiplin (lihat Leiden Synopsis 40:45), yang dapat dikatakan adalah salah satu sebab mengapa teologi Aliran Kalvinis mengalami kehilangan semangat dan rasa spontan. Teologi menjadi kaku sebagai ortodoksi tanpa kesalehan, apalagi semacam ketakutan pada “pengalaman subyektif” yang mengeringkan teologi Aliran Kalvinis.
Untuk ciri yang ketiga, tentang karunia Roh, Calvin kurang konsisten. Pada mulanya Calvin sangat positif tentang karunia dan pemberian dari Roh Kudus. Contohnya yang ditulisnya, “Sejauh Tuhan menganggap layak bagi kita masing-masing, kita diberi karunia Roh untuk melengkapi yang kurang dalam diri kita sendiri”. Terus, “Ia (Kristus) sudah duduk di atas, memenuhi kita dengan kuasa-Nya biar kita diberi kehidupan rohani, dikuduskan oleh Roh-Nya, untuk menghiasi gereja dengan beragam karunia dari kasih-Nya”.
Kadang-kadang Calvin juga membahas karunia yang luar biasa atau unik. Bahasa roh dibahasnya secara positiv sebagai “karunia yang unik”, dan sama dengan karunia bernubuat sebagai karunia istemewa dari Tuhan. Menurut Calvin, karunia roh dalam Perjanjian Baru mempunyai dua makna: satu untuk berkhotbah dan kedua sebagai “perhiasan” atau mulia yang memuliakan Injil waktu diceritakan. Waktu membahas orang bukan Yahudi di Kaisarea, Calvin menyatakan, “Mereka memuliakan Tuhan dengan banyak bahasa. Bahasa roh diberkan kepada mereka bukan hanya karena dibutuhkan untuk khotbah di antara orang asing yang pakai bahasa lain, tetapi juga sebagai perhiasan dan penghormatan untuk Injil”. Pada umumnya Calvin berbicara secara positiv tentang karismata alkitabiah.
Meskipun begitu, Calvin juga berpendapat bahwa karunia luar biasa ini sudah berhenti dan tidak dapat ditarik kembali. Salah satu sebab untuk itu adalah bahwa Tuhan cuma menyediakan karunia-karunia itu untuk menerangiPekabaran Injil yang baru, seperti berikut:
Tuhan berkenan membagi karunia kelihatan yang indah ini… akan tetapi kekuatan dan tindakan nyata itu sudah dihentikan, karena hanya dapat ditahan sementara. Sangat cocok untuk pekabaran Injil yang pertama dan Kerajaan Kristus yang baru diterangi dan diperbesar oleh keajaiban yang luar biasa dan belum pernah dialami.
Alasan lain untuk penghentian karunia yang luar biasa adalah, penerimanya terlalu cepat salah mengunakan karunia-karunia itu, jadi Tuhan mengambil kembalinya. Calvin juga menulis, “Karunia roh dan hal-hal seperti itu, sudah lama ditiadakan di Gereja… Terlalu banyak orang memakai itu untuk memuliakan diri-sendiri… Jangan heran kalau Tuhan dengan cepat mengambil kembali apa yang sudah diberikan dan tidak mengijinkan karunia-Nya untuk dikorupsi lagi dengan penyalahgunaan yang lebih dalam”. Jadi ada dua kemungkinan, oleh karena karunia tidak dibutuhkan lagi oleh karena pekabaran Injil tidak baru lagi, atau karena penyalahgunaan yang begitu cepat mulai. Tetapi yang penting adalah pada dasarnya itu oleh karena keputusan Tuhan bahwa karunia Roh sama sekali tidak diberikan lagi.
Tetapi ada alasan yang ketiga yang dianjurkan oleh Calvin, yaitu kalau kita mempunyai iman yang lebih kuat dan tidak terlalu malas, karunia and pemberian dari Roh Kudus akan dilimpahkan sekali lagi. Contohnya, Calvin mengacu pada Yohanes 7:38 tentangaliran air hidupsebagai karunia yang dilimpahkan secara terus menerus yang sudah dijanjikan kepada kita. Kemudian Calvin menambah, “Betapa kecil kemampuan iman kita, karena karunia Roh Kudus jarang diberikan kepada kita dan hanya seperti tetes air… yang seharusnya akan ada aliran seperti sunggai seandainya kita mengakui Kristus secara tulus dan kuat, yaitu seandainya iman kita memberikan kemampuan untuk menerima-Nya”. Jadi hal yang menonjol di sini adalah, kehilangan karunia roh disebabkan oleh kekurangan iman kita, bukan karena dihentikan oleh Tuhan. Seandainya kita mengakui Kristus secara benar, apakah karunia-karunia akan mulai dilimpahkan dengan karunia roh lagi?
Pada umumnya teologi Kalvinis terbuka terhadap karunia roh dan kebenaran karismata pada masa kini. Waktu menulis tentang 1 Kor 13, Karl Barth membahas perwujudan Roh yang luar biasa, “Kalau perwujudan ini tak ada, maka layak ditanyakan apakah kesombongan atau kemalasan dalam komunitas itu yang mengakibatkan itu, yang kemudian memalsukan hubungannya dengan Tuhan, sampai hubungan itu menjadi pada namanya saja dan bukan hubungan benar?” A. A. Hoekema, yang tidak setuju dengan bahasa roh seperti dilakukan pada masa kini (“semacam reaksi manusiawi, … yang disebabkan secara psikologis”), tetap mengakui, “Kita tidak boleh mengikat Roh Kudus dengan memberi kesan bahwa Roh Kudus tidak bisa memberikan bahasa roh pada masa kini”. Juga ada kritik dari Gereja Skotlandia tentang penafsiran Calvin akan Markus 16:17, di mana karunia dijanjikan untuk siapa yang percaya. Perjanjian ini berlaku sampai selama-lamanya, dan tidak dibatasi pada permulaan Injil.
Kemudian ciri yang keempat adalah pembaptisan Roh Kudus. Untuk Gerakan Karismatik, pembaptisan itu adalah pemecahan rohani di mana beberapa karismata akan diwujudkan dan kehidupan Kristen diperbaharui. Soalnya teologi Aliran Kalvinis kurang jelas tentang pembaptisan dalam Roh Kudus, jadi belum ada konsensus yang muncul.
Sebagian dari ambivalens dalam hal ini berasal dari Calvin sendiri. Waktu Calvin membahas istilah, “pembaptisan dalam Roh Kudus”, ada dua pemahaman yang disampaikan yang tidak pernah disamakan. Dari satu segi, Calvin menganggap pembaptisan dalam Roh Kudus sebagai cara keselamatan atau kelahiran kembali:
Keselamatan yang sempurna adalah di dalam pribadi Kristus. Supaya kita dapat ikut serta dalam keselamatan tersebut, Yesus membaptiskan kita dengan Roh Kudus dan dengan api, untuk membawa kita ke dalam terang dari iman pada Injil-Nya, dan melalui itu memperbaharui kita supaya kita menjadi makhluk baru… dan Yesus menyucikan kita, supaya kita dibersihkan dari kekotoran dunaiwi, sebagai bait suci bagi Tuhan.
Pada segi lain, Calvin juga berbicara tentang pembaptisan dalam Roh Kudus sebagai sesuatu yang terkait dengan karunia roh yang dianugerahkan oleh Roh Kudus:
Itu adalah karunia yang nyata yang diberikan oleh Roh Kudus melalui penumpangan tangan. Bukan sesuatu yang baru kalau karunia ini ditunjukkan dengan kata “pembaptisan”. Pada hari raya Pentakosta, para murid mengingat kata-kata Yesus tentang pembaptisan dengan api dan dengan Roh Kudus. Petrus juga mengatakan hal yang sama … waktu ia melihat karunia roh itu dilimpahkan kepada Kornelius, keluarganya dan saudaranya (Kisah 11:16).
Juga dalam Commentary on Acts, Calvin menulis:
Bukan sesuatu yang baru untuk nama pembaptisan diterjemahkan sebagai karunia dari Roh, seperti kelihatan dalam fasal pertama dan ke-sebelas (KPR 1:5 dan 11:6), di mana Lukas mengatakan, waktu Kristus berjanji kepada murid-muridNya untuk mengutus Roh yang kelihatan, itu disebut pembaptisan… Waktu Roh Kudus turun ke atas Kornelius, Petrus mengingat kata Tuhan, “Engkau akan dibaptiskan oleh Roh Kudus”.
Jadi pendapat Calvin sedikit membingungkan. Dari segi eksegese, sepertinya Calvin tidak menganggap bahwa pembaptisan dalam Roh sejajar dengan pembaharuan tetapi dengan karunia yang nyata atau kelihatan dari Roh. Tetapi karena Calvin menganggap bahwa karunia itu sudah dihentikan (seperti sudah dibahas di atas), pembaptisan dalam Roh tidak mempunyai makna untuk gereja pada zaman ini. Jadi pendapat yang pertama, yaitu pembaptisan dalam Roh Kudus sama dengan pembaharuan, adalah satu-satunya pemahaman yang masih berlaku bagi orang Kristen pada masa kini, sesudah karunia roh ditiadakan.
Kalau kita ikut pemikiran Calvin dalam hal ini, apakah ada implikasi bahwa masalah untuk umat Kristen sekarang bukan kehilangan karunia roh tetapi kehilangan pembaptisan dalam Roh Kudus? Kalau pembaptisan dalam Roh Kudus dipahami sebagai pemberian Roh Kudus, di mana karunia roh dapat dihidupkan supaya berlaku dan bergerak di dalam kita? Jadi “karunia Roh Kudus” bukan hanya karunia-karunia tertentu, seperti bahasa roh, yang diberikan oleh Roh Kudus, tetapi pemberian Roh Kudus di mana kita mengalami kehadiran Roh di dalam diri kita yang memberi kita kekuatan untuk melakukan bermacam karismata, termasuk bahasa roh. Kalau kita membaca salah satu ayat tentang karunia roh:
Jawab Petrus kepada mereka: “Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus”. Kis 2:38
Yang penting di sini adalah apakah “karunia Roh Kudus” mempunyai makna karunia yang diberikan oleh Roh Kudus atau Roh Kudus sebagai karunia yang diberikan. Berdasarkan ayat tersebut, sering dianggap bahwa orang akan diberi karunia Roh kalau mereka sudah dibaptis. Tetapi belum tentu bahwa pemahaman itu yang benar. Kalau orang bertobat dan dibaptis, seperti dikatakan Petrus, akan diberi Roh Kudus untuk memperkuatkannya untuk melakukan hal-hal yang terkait dengan pekabaran Injil, termasuk membantu dengan penerjemahan, misalnya.
Untuk Gerakan Karismatik pada masa kini, mereka percaya bahwa mereka dapat menerima karunia Roh Kudus dan untuk mereka itu diwujudkan sebagai bahasa roh dan lain-lain. Padahal menurut Calvin (dan Alkitab pada umumnya) dengan menerima karunia Roh Kudus mengakibatkan orang mengalami kehidupan baru oleh karena kasih karunia Tuhan kita. Apakah ada kemungkinan bahwa bahasa Roh atau hal yang tertentu dapat menjadi satu-satunya tanda bahwa kehidupan seseorang diperbaharui oleh Roh Kudus?
Salah satu hal tentang Calvin yang sangat penting adalah betapa kuat perasaannya terhadap spekulasi tentang Tuhan atau tentang hal apa saja yang terkait dengan iman dan teologi Kristen. Untuk Calvin, sola scriptura mempunyai arti yang sangat dalam. Bukan hanya bahwa kita harus sama sekali tergantung pada apa yang ditulis dalam Alkitab, tetapi kita juga tidak boleh membuat spekulasi tentang hal yang tidak dibahas dalam Alkitab. Kalau seseorang mulai berspekulasi, maksudnya ia melangkaui Alkitab dan membuat ide baru tentang Tuhan berdasarkan pikiran sendiri, atau mereka melewati Alkitab dan mencoba menyelidiki hal yang tidak dibahas di situ.
Satu kali ada seseorang yang bertanya kepada Calvin, “Apa yang Tuhan sedang melakukan sebelum menciptakan alam semesta?” Jawaban Calvin, “Menciptakan neraka untuk orang yang terlalu banyak bertanya”. Waktu memberi bimbingan untuk pendeta-pendeta lain tentang khotbah, Calvin menekankan, “Waktu kita masuk ke atas mimbar, tujuannya bukan untuk menyampaikan ide dan mimpi kita sendiri”.
Terus, ciri yang ke-lima dari Gerakan Katismatik adalah kemunculan persatuan yang tidak dibatasi oleh denominasi-denominasi. Calvin pernah menulis suatu surat kepada Uskup Agung di Canterbury di mana semangatnya untuk kesatuan diceritakan:
Salah satu hal yang paling buruk pada masa kini adalah pemisahan antara gereja-gereja kita, sampai hampir tidak ada persekutuan yang dapat dihormati di antara kita, apalagi komunikasi antara kita yang banyak dibicarakan tetapi sangat jarang dilakukan secara ikhlas.
Dalam tradisi Aliran Kalvinis, ada kesadaran tentang kepentingan persekutuan atau gerakan oikumenis. World Alliance of Reformed Churchs (WARC) adalah persekutuan yang pertama oleh gereja sedunia, yang mulai pada tahun 1875. Gereja-gereja Aliran Kalvinis dengan setia selalu berpartisipasi dalam gerakan oikumenis sejak awal abad ke-XX.
Ciri yang ke-enam dari Gerakan Karismatik adalah semangat baru untuk kesaksian tentang Injil. Penelitian baru dari beberapa sarjana Calvin sudah membuktikan bahwa Calvin sangat rajin dengan Pekabaran Injil; dari penungsiannya di Geneva, banyak orang misi diutus ke Perancis, sampai 100 jemaat didirikan di situ langsung oleh para orang misi yang diutus Calvin.
Ciri yang ke-tujuh adalah kebangkitan kembali pandangan eskatologis. Karena sungguh-sungguh yakin bahwa Tuhan akan memelihara kita dengan baik, Calvin tidak setuju dengan orang yang ingin tahu secara rinci tentang akhirat. Dalam buku Institutes, Calvin menulis,
Menurut pendapat saya, saya tidak hanya menahan diri dari penyelidikan berlebih-lebihan mengenai hal-hal yang tak berguna, tetapi saya juga menghindari memberi kontribusi kepada kesembronoan orang lain dengan tidak menjawab pertanyaannya.
Kalau kita merenungkan tentang Calvin dan Gerakan Karismatik, dapat dilihat bahwa pemahaman dan pengalaman Calvin jauh lebih luas daripada dipikirkan. Ada banyak hal di mana Calvin, kalau masih hidup, akan setuju dengan Gerakan Karismatik. Tetapi juga ada banyak hal di mana Calvin mendukung gereja arus-utama. Teologi Calvin jauh lebih luas dan lengkap, dan mungkin dengan memahami teologi Calvin secara lebih dalam, kita juga bisaketemu jalan untuk mendekati gereja Gerakan Karismatik secara oikumenis lagi, sebagai Gereja yang kudus dan am.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar